Universitas Airlangga Official Website

Infografik: Catatan Banjir Madiun Tahun 1940

Infografik: Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Madiun adalah daerah paling barat Provinsi Jawa Timur. Saat Mataram berkuasa, luasnya  hanya meliputi sebagian areal di sisi timur Gunung Lawu (Ong Hok Ham, 2018). Akan tetapi, setelah berstatus sebagai karesidenan, daerahnya semakin luas.

1858 – Banjir kali pertama terdeteksi pada 1858 dengan tinggi air mencapai 3,5 m (Merdeka,1963)

1926 – Dari laporan De Telegraf (koran Belanda) banjir terjadi pada 6 April 1926 dengan tinggi air mencapai 1 m. Pabrik Gula Redjo Agoeng, tiga perkebunan tebu milik Pabrik Gula Soedhono terendam. Termasuk tak sedikit permukiman roboh dan hancur.

1939 – banjir di madiun kembali terjadi.

1940 – Pemerintah Kolonial Belanda memasang pompa listrik di Jalan Lawu. (Kampong Verbetering, Husain 2016b) perbaikan pipa pembuangan utama serta pembangunan pipa saluran air di Kota Madiun, tepatnya di Kelurahan Sumber Umis dan Kelurahan Nambangan Lor.

1941 – Banjir kembali terjadi, tepatnya pada 23 Desember 1941. Perkampungan di dekat Kali Madiun serta lahan milik Pabrik Gula Redjo Agoeng terendam.

Penyebab
Faktor dominan banjir Madiun adalah curah hujan. Termasuk karena anak sungai Bengawan Solo, yakni Kali Madiun yang melintasi Madiun dan sekitarnya.

Baca juga:

Infografik lainnya

Banjir dan Penanggulangannya di Madiun pada Masa Kolonial, 1940-1989