UNAIR NEWS – Perkembangan teknologi yang kian pesat telah membawa perubahan dan dampak luar biasa bagi kehidupan manusia. Kini pemanfaatan teknologi sebagai peluang usaha telah melahirkan istilah baru dalam dunia kewirausahaan, yaitu technopreneur.
Technopreneur merupakan gabungan dari kata technology dan entrepreneur. Technopreneur diartikan sebagai cara pemanfaatan teknologi yang tengah berkembang pesat menjadi peluang usaha. Pemanfaatan bisnis berbasis teknologi itu akan memberikan nilai tambah pada proses, produk, dan sistem produksi. Sehingga, perusahaan akan memperoleh kemudahan, efisiensi, dan kecepatan dalam menghasilkan produk baru yang inovatif di masyarakat.
Saat ini technopreneur memiliki andil yang cukup besar dalam menumbuhkan dan meningkatkan perekonomian suatu negara. Technopreneur dapat menstimulus pergerakan ekonomi dengan cepat serta dinamis. Semakin banyak jumlah technopreneur di suatu negara, semakin cepat pula pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Beberapa tokoh technopreneurship yang terkenal di dunia, antara lain, Bill Gates, Michael Dell, Fredrick smith, dan masih banyak lagi.
Indonesia sendiri kini memiliki banyak tokoh technopreneurship yang sukses mengembangkan bisnis di dunia start-up. Salah satunya, ialah dr. Gamal Albinsaid, M. Biomed, CEO perusahaan Indonesia Medika.
Dalam acara Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan (HIMAFORSTA) Universitas Airlangga pada Rabu (30/10/2019), Gamal berbagi tips dan pengalamannya merintis berbagai bisnis start-up yang kini ia kembangkan. Gamal bercerita, dirinya mendirikan Indonesia Medika saat masih kuliah. Indonesia Medika merupakan platform yang menghubungkan tenaga kesehatan dengan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.
“Technopreneur benar-benar menguji kapasitas kita sebagai seorang leader dan manager di saat yang sama. Menguji kemampuan people management kita, bagaimana kita bisa memimpin tim untuk menghasilkan sebuah project yang solving problem,” terangnya.
Inovator muda yang pernah mendapat apresiasi dari Presiden Rusia, Vladimir Putin tersebut memaparkan bahwa penyebab kegagalan start-up yang paling sering ialah produk yang tidak memenuhi kebutuhan pasar. Menurutnya, terdapat ada tiga basis fundamental yang harus dipegang oleh seorang calon technopreneur, yakni produk, marketing, dan finance atau keuangan.
“Yang pertama adalah produk, pastikan produk memenuhi kebutuhan pasar, mampu menyelesaikan masalah, pastikan produk itu benar-benar diharapkan masyarakat. Ide itu hipotesa, lakukan analisis kebutuhan pasar. Ide perlu diuji apakah tepat menyelesaikan masalah atau tidak,” paparnya.
“Yang kedua, marketing. Setelah kita buat produk bagaimana cara orang tahu aplikasi kita. Ketiga adalah finance. Keuangan untuk membuat produk kita dan marketing bisa terlaksana,” imbuhnya.
Dalam memulai technopreneurship, Gamal menekankan pada siapapun yang ingin menjadi seorang technopreneur untuk membedakan antara bisnis dan teknologi. Sebab, lanjutnya, sering sekali orang berpikir bahwa memulai bisnis harus dari teknologi.
“Sebagai entrepreneur, kita harus berpikir bisnisnya dulu. Ini dibutuhkan nggak, diuji dulu nggak. Jangan sampai sudah habis ratusan juta bahkan miliaran untuk develop aplikasi, ternyata produknya tidak digunakan oleh masyarakat. Coba uji bisnisnya dulu. Teknologi hanya membuat semuanya jadi lebih mudah,” ungkap pria asal Malang itu.
Pentingnya People Management
Bagi Gamal, faktor paling penting dalam perusahaan adalah people management atau manajemen sumber daya manusia (SDM). Sebab, lanjutnya, manusia yang akan menemukan uang, membuat produk, mengembangkan teknologi, berinovasi dan menganalisis ide. Seorang pemimpin harus mampu mengatur dan menempatkan karyawan atau tenaga kerjanya sesuai bidang yang ia kuasai.
“Jadi, yang paling penting itu people management. Bagaimana kita bisa meng-empower semua orang, elemen, mitra, yang berelasi dengan kita untuk mencapai misi kita,” sebutnya.
Selain itu, seseorang bisa memilih sebagai technosociopreneur, yakni technopreneur yang memiliki misi sosial. Gamal memberikan gambaran seorang technosociopreneur menjalankan bisnis bukan semata-mata mencari untung rugi, melainkan menciptakan kebermanfaatan bagi orang banyak.
“Jadi, bagaimana bisnis kita semakin besar dan semakin banyak orang yang kita tolong. How to make money, how to solve social problem,” imbuhnya.
Pada akhir, Gamal berpesan kepada peserta seminar yang hadir untuk jangan ragu mencoba dunia bisnis dan mengaplikasikan beberapa tips yang ia bagikan. Dirinya menambahkan bahwa, saat ini Indonesia memasuki era baru. Era di mana nilai-nilai penghormatan bukan lagi diberikan pada mereka yang punya banyak finansial, tapi pada generasi muda yang memiliki misi, gagasan, dan kepedulian.
“Dan, jika kamu tidak mengejar mimpimu, maka orang lain akan membayarmu untuk mengejar mimpi mereka,” pungkasnya.
Selain dr. Gamal, hadir dosen IIP UNAIR Dr. Koko Srimulyo, M. Si. dan wirausahawan muda Cynthia Cecilia sebagai pembicara. Acara seminar nasional diselenggarakan di Aula Kahuripan Kantor Manajemen UNAIR Kampus C sebagai rangkaian Dies Natalis HIMAFORSTA UNAIR. (*)
Penulis: Zanna Afia
Editor: Feri Fenoria Rifa’i