Universitas Airlangga Official Website

Inovasi Ekstrak Meniran sebagai Anti Kanker Antar Sabet Medali Emas di PIMNAS

Tangkapan layar saat live streaming proses pengumuman juara melalui kanal YouTube. (Sumber: SS YouTube).

UNAIR NEWS- Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil sabet beberapa medali emas. Salah satu kategorinya, adalah PKM Riset Eksakta (RE)-4 dari tim mahasiswa Fakultas Farmasi (FF). Tim tersebut berfokus pada inovasi ekstrak meniran yang berfungsi sebagai anti kanker serviks dalam sistem mikroemulsi reverse micelle sebagai upaya pengembangan obat herbal. Ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-36 yang berlangsung di Universitas Padjadjaran (UNPAD) pada Sabtu (3/12/2022). 

Inovasi yang diusung oleh tim besutan Fany Zumrotul Faizah sebagai ketua, dengan anggota Leivina Ariani Sugiharto Putri, M. Rofiq Azmi, Shavira Priyantika Putri, dan Zavirah Silalahi berhasil mengantarkan mereka sebagai medalis emas di ajang PIMNAS. Tim yang terdiri dari mahasiswa FF ini selalu optimis dari awal pengajuan ide hingga pengumuman akhir. 

Berangkat dari permasalahan penyakit kanker serviks di Indonesia yang cukup tinggi. Fany sapaan akrab Fany Zumrotul Faizah, menuturkan jika ekstrak meniran mampu menjadi alternatif pengobatan dalam menangkal efek kemoterapi pasien kanker.

“Riset inovasi sediaan mikroemulsi sistem reverse micelle ekstrak meniran sebagai anti kanker serviks dalam pengembangan obat herbal melalui serangkaian tahap pengujian,” tuturnya. 

Lebih lanjut, Fany menjelaskan bahwa dalam riset yang mereka bawa mengusung poin ke-3 Sustainable Development Goals (SDGs). Harapannya inovasi yang mereka bawa bisa bermanfaat di sektor kesehatan yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Selama proses dinamika bersama tim, mereka banyak mengalami beberapa kendala. Fany kepada Tim UNAIR NEWS (3/12/2023), menjelaskan bahwa proses yang mereka jalankan bukan hal instan. Berawal dari sosialisasi saat mahasiswa baru, hingga kegagalannya di berbagai ajang kompetisi karya ilmiah, mengantarkannya untuk selalu berbenah dan meningkatkan kompetensi.

“Saya pernah gagal dalam perlombaan karya ilmiah di lingkup fakultas dan universitas. Justru saya mendapatkan informasi yang bermanfaat, karena ide yang saya ajukan bisa diuji langsung oleh juri profesional,” jelasnya.

Selanjutnya, sesuai dengan kebijakan di UNAIR jika mahasiswa yang berhasil lolos dan didanai PIMNAS berhak lulus tanpa skripsi. Hal ini juga menjadi motivasi tim untuk bisa mencapai target. Namun ketika sudah berhasil masuk tahap pendanaan, mereka lebih berambisi dan menargetkan medali emas. 

“Bukan hanya benefit bebas skripsi yang kami cari, justru ketika kategori PKM-RE delegasi UNAIR yang lolos hanya 3 tim. Kami termotivasi untuk mengharumkan almamater dengan membawa pulang medali emas,” ungkapnya. 

Selain itu, Fany juga memberikan pesan kepada mahasiswa UNAIR yang ingin beradu inovasi di ajang PIMNAS selanjutnya. Baginya, penyesuaian tim untuk kebutuhan penelitian menjadi penting. Baginya, saat proses riset bersama kelompok ini dibutuhkan semangat, ambisi dan ketahanan yang kuat untuk bisa mencapai target. 

“Penting untuk diketahui jika proposal inovasi tersebut juga harus menyesuaikan dengan standar PIMNAS. Tujuannya agar ide tersebut dapat bersaing dengan peserta yang berasal dari universitas top di Indonesia,” pungkasnya.

Penulis: Satriyani Dewi Astuti

Editor: Nuri Hermawan