UNAIR NEWS – Tim PKM-RE berhasil bawa pulang medali emas pada gelaran Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-35 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kategori presentasi. Tim yang beranggotakan Cakra, India Maretta Hulu, Nisrin Novel, dan Daria Aulia Izdihar Bintang itu mengusung inovasi berupa stent yang bersifat Bioreseorbable (mudah terserap) dari Polylactic Acid/Polycaprolactone (PLA/PLC).
Ia dan timnya tidak menyangka bahwa mereka akan mendapatkan medali emas. Ia merasa presentasinya kurang maksimal dari latihan yang sudah dilakukan. Tapi dengan adanya kerja sama tim yang solid, mereka dapat menghadapi sesi presentasi dengan lancar.
“Jujur saja kami tidak menyangka akan mendapatkan emas. Waktu presentasi kami merasa kurang maksimal saat presentasi tapi alhamdulillah saat tanya jawab kami sangat lancar berkat kerja sama tim ini.”
Cakra, sapaan akrabnya menuturkan bahwa inovasi itu diusung dari ia yang mendapati salah satu keluarganya yang menjalani operasi pemasangan ring jantung (stent). “Dari sana saya mulai tertarik untuk mendalami stent karena kebetulan saya juga dari Teknik Biomedik yang juga pernah mempelajari itu,” ungkapnya.
Cakra mengungkapkan, dengan penggunaan bahan berupa PLA/PLC memungkinkan stent yang terpasang ini nantinya bisa secara otomatis terdegradasi dalam tubuh. “Sehingga ketika pembuluh darah sudah normal, stent tidak mengganggu aliran darah,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, stent ciptaan mereka juga dilapisi Kitosan Sulfat yang berfungsi sebagai anti trombus sehingga meminimalisir adanya pembekuan darah. “Jadi stent kami ini terdiri dari dua lapisan yakni PLA dan PLC yang kemudian dilapisi oleh Kitosan Sulfat yang semuanya dicetak menggunakan 3D Printing,” tandasnya.
Sebagai ketua tim, Cakra berharap gagasan yang mereka usung itu bisa dikembangkan bisa dikembangkan ke tahap selanjutnya. Karena penelitian yang saat ini mereka lakukan masih dalam tahap in vitro. Dikarenakan masih banyak kekurangan dari penelitiannya misalnya dari ketebatasan alat, hingga pengujian yang belum bisa dilakukan.
“Kami merasa penelitian ini potensial untuk dikembangkan. Penelitian ini baru tahap in vitro, jadi saya berharap bisa dilanjutkan ke tahap in vivo dan clinical trial,” tuturnya.
Di akhir, ia mengajak mahasiswa untuk berkarya dan di kanca nasional dan internasional. Menurutnya dengan berkarya dan berprestasi, ia akan mendapatkan kesempatan dan manfaat yang lebih daripada hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu. Manfaatnya yaitu bisa lebih memahami cara penelitian dan presentasi yang benar, mendapatkan relasi hingga kenal banyak dosen,” paparnya.
Penulis: Khefti Al Mawalia