UNAIR NEWS – Empat mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) kembangkan insole pintar untuk mencegah dan menangani luka kaki diabetik atau diabetic foot ulcer (DFU). Inovasi mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) itu berhasil meraih pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta (KC) besutan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.
Keempat mahasiswa tersebut bergabung dalam tim bernama DIAFOS. Tim ini beranggotakan Adelline Vita Kurnia, Nur Dwi Agustina, Aqila Malfia Zahira, Novy Zumrotus Saidah, dan Nathanael Indra Raharjo Paseran. Mendapatkan bimbingan dari Rizki Putra Prastio SSi MT, DIAFOS berupaya menciptakan insole pintar untuk mencegah dan menangani luka kaki diabetik.
Inovasi yang tim DIAFOS usung bertujuan untuk mengatasi kurangnya solusi terintegrasi yang mampu mendeteksi dini tanda-tanda DFU secara real-time. “Melalui kombinasi teknologi sensor dan material antimikroba berbasis nanokomposit, kami ingin menggali potensi inovasi wearable berbasis IoT. Yang tidak hanya mendeteksi risiko luka, tetapi juga membantu mencegah infeksi sejak dini,” jelas Aqila, mewakili tim.
Deteksi Dini DFU
Lebih lanjut, anggota lainnya, Nur Dwi Agustina menambahkan bahwa dalam penelitian ini terdapat pengembangan beberapa fitur atau inovasi yang belum ada pada penelitian sebelumnya. Salah satunya, mereka mengembangkan sensor tekanan dan sensor suhu yang mendeteksi titik-titik tekanan berlebih dan perubahan suhu pada kaki sebagai indikasi awal adanya infeksi atau nekrosis jaringan.
“Selain itu, penggunaan nanomaterial antibakteri dalam DIAFOS memberikan keunggulan dalam mencegah pertumbuhan bakteri dan mempercepat proses penyembuhan luka. Kami juga mengembangkan software berupa apps Blynk untuk mengirimkan data hasil analisis kepada pengguna,” sebutnya.
Anggota lain, Nathanael mengungkapkan bahwa penelitian ini akan membawa dampak yang berguna bagi penderita diabetes yang terindikasi gejala DFU. “Kami harap penelitian ini dapat dilanjutkan pada tahap pembuatan alat secara komersial untuk digunakan secara luas. Mengingat saat ini belum ada alat yang serupa untuk mengatasi dan mengurangi dampak DFU,” harapnya.
Potensi Pemasaran
Meski menghadapi berbagai tantangan, gagasan DIAFOS mampu terbentuk dari kolaborasi multidisiplin yang sangat kuat. Novy menyampaikan tim ini terdiri dari mahasiswa yang berasal dari tiga program studi yang berbeda. “Setiap bidang memiliki peran penting dalam membangun konsep yang utuh. Mulai dari desain sistem deteksi real-time dan algoritma sensor, hingga pengembangan material antibakteri berbasis nanokomposit,” ucapnya.
Melalui penelitian ini, insole pintar DIAFOS juga berpotensi untuk dipasarkan bahkan bermitra dengan merk sepatu yang potensial. Hal ini agar dapat menargetkan pasar yang lebih luar dengan memperhatikan aspek kesehatan. “Melalui inovasi teknologi seperti insole pintar yang kami kembangkan, kami ingin menunjukkan bahwa solusi kesehatan yang tepat guna bisa lahir dari kolaborasi ilmu, empati, dan kepedulian terhadap sesama,” pungkas Adelline, Ketua Tim DIAFOS.
Penulis: Mohammad Adif Albarado
Editor: Yulia Rohmawati