Universitas Airlangga Official Website

Isolat Protein Ikan: Alternatif Solusi ”Limbah” Hasil Pengolahan Perikanan

Sumber foto: unsplash.com
Sumber foto: unsplash.com

Sejumlah besar ”limbah” hasil pengolahan perikanan yang dihasilkan dari pabrik pengolah ikan masih mengandung unsur nutrisi seperti protein, lemak, dan mineral. Karena itu, hasil tersebut lebih sering disebut sebagai ”hasil samping” industri perikanan.

Total produksi perikanan yang meningkat dari 120 metrik ton pada 1996 menjadi 128,8 metrik ton pada 2001. Dan jumlah itu terus mengalami peningkatan hingga 2018. Pertumbuhan tersebut menunjukkan betapa besar pentingnya penanganan hasil samping industri perikanan.

Sebab, hasil samping tersebut mencapai 50 persen dari total berat awal atau sekitar 64,4 metrik ton pada 2001. Jumlah yang sangat besar tersebut dapat menimbulkan dampak lingkungan yang berat apabila tidak ditangani dengan tepat.

Selama ini hasil samping industri perikanan tersebut diolah menjadi tepung ikan untuk pakan ternak atau pakan ikan. Namun, nilai jual serta dampak lingkungan dari pakan tersebut masih menjadi pertanyaan.

Padahal, hasil samping industri perikanan tersebut masih mengandung unsur protein, lemak, dan mineral yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sebagai contoh adalah bagian kepala ikan.

Bagi industri, kepala ikan kakap adalah ”limbah”, sedangkan bagi rumah makan padang, itu adalah “bahan mentah”. Dengan pola pandang tersebut, sebenarnya potensi lebih lanjut dari hasil samping industri perikanan masih sangat terbuka.

Peneliti hasil perikanan dari Departemen Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Bapak Heru Pramono beserta mahasiswa bimbingan Noer Tomy Irawan dan M.Rizal Arief Firdaus melakukan upaya recovery (pengambilan) protein ikan dengan menggunakan teknologi yang disebut sebagai ”isolat protein ikan dengan pH shift”.

Prinsip dasar dari teknologi tersebut adalah dengan melarutkan protein dengan asam atau basa kemudian memisahkan protein dengan komponen lain dengan daya sentrifugal. Menariknya, protein ikan memiliki kemampuan untuk terpisah dari komponen lain pada pH 5.5.

Hasil termuan tersebut menunjukkan bahwa isolat protein ikan yang memiliki kualitas mirip dengan surimi bahan baku baso ikan dapat di-recovery dari limbah pengalengan sarden. Sebesar 39 persen b/b isolat protein ikan berhasil diperoleh dari bahan baku limbah atau dengan perhitungan kasar sebesar 390 gram protein diekstrak dari 3 kg hasil samping. Potensi pengembangan teknologi itu perlu dilakukan lebih lanjut untuk meningkatkan sifat fisikokimia dari protein yang dihasilkan serta aplikasi dari produk protein tersebut. Lebih lanjut, penelitian tersebut dapat dibaca pada artikel pada link berikut: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/236/1/012112/meta

Penulis: Heru Pramono