Universitas Airlangga Official Website

Jadi Juri Nasional, Dosen UNAIR Bagikan Indikator Kambing Kontes 

Jadi Juri Nasional, Dosen UNAIR Bagikan Indikator Kambing Kontes

UNAIR NEWS – Kontes ternak menjadi bagian kebudayaan yang tak terpisahkan untuk beberapa wilayah di Indonesia. Kontes kambing menjadi salah satu kontes ternak yang dijadikan wadah bagi penikmat seni untuk melihat keindahan kambing. Sekaligus berfungsi dalam meningkatkan nilai ekonomi kambing yang masuk kriteria kambing kontes. 

Dalam mekanisme pemilihan juara kontes, kambing harus melewati beberapa tahapan. Mulai seleksi tahap bawah sebagai mekanisme pemilihan dan seleksi untuk menentukan kambing yang masuk ke sepuluh besar. Hingga, naik ke karpet merah untuk mekanisme perangkingan juara 1,2,3 sampai dengan 10. 

Dosen Kedokteran Hewan FIKKIA UNAIR Amung Logam Saputro drh MSi mengatakan bahwa terdapat banyak indikator, seperti parameter kriteria penilaian kambing, kesehatan, dan performance. Peternak harus mengetahui dan memahami semua indikator agar kambing dapat bersaing dan terpilih masuk  karpet merah hingga menjadi juara.

Secara garis besar, kriteria fenotip (fisik) memegang peran yang penting untuk memastikan kambing masuk dan terpilih untuk melaju di karpet merah. Amung mengatakan untuk kambing ras kaligesing dalam regulasi bersama, terdapat 12 kriteria penilaian yang menjadi patokan untuk diperhatikan. Bentuk kepala, telinga, postur, leher dan gelambir, pola warna, rambut, kaki, ekor, rewos, kambing atau testis, tanduk, dan keserasian menjadi acuan penilaian dari tim juri.

“Detail dari aspek seni dari 12 kriteria seni tersebut menjadi acuan apakah kambing sudah layak masuk 10 besar atau belum. Namun, acuan 12 kriteria tersebut tentu tidak mengesampingkan performance dan kesehatan kambing yang akan dinilai,” ungkap juri kambing kontes utama nasional itu.

Kesehatan

Sebagai sosok akademisi, dokter hewan sekaligus juri utama kambing kontes membuat Amung acap kali menemukan masalah kesehatan hewan ternak peserta kontes yang dinilai. Pemeriksaan kesehatan menjadi aspek yang dilakukan secara mendetail  dalam arena penjurian.

Temuan yang biasanya didapatkan dalam pemeriksaan kesehatan pada kontes di antaranya adalah adanya kelesuan dan pink eyes pada kambing peserta kontes akibat stres perjalanan. Bukan hanya itu, temuan adanya gejala klinis hernia umbilikalis, omphalitis, diare, hingga scabies yang tertutup rambut atau rewos tak luput dari perhatian. 

“Jika scabies biasanya terjadi di rewos dan peternak banyak yang menutupi. scabies di rewos itu dapat kita temukan dengan melakukan mekanisme inspeksi dan palpasi, yang itu juga kita lakukan sebagai mekanisme tahapan pada pemeriksaan fisik dalam pendiagnosaan suatu penyakit.” ujar drh Amung.

Layaknya manusia yang terlihat gagah dan mempunyai kewibawaan yang berbeda-beda dari setiap individu. Kambing juga memiliki hal tersebut. Uniknya, pada beberapa momentum kambing dapat terlihat biasa saja. Namun, saat dibawa ke dalam arena dan disandingkan dengan kambing lain, kambing tersebut terlihat menunjukkan performa yang maksimal dan membawa wibawa tersendiri dari kambing tersebut. Salah satu kunci dari performa yang bagus adalah mental kambing yang sering dilatih oleh peternak.

“Mental kambing yang ngga kuat ketika dibawa ke arena akan nge-drop. Yang bagus itu tenang ketika ditali. Jika mental ngga kuat akan loncat atau naik ke tiang. Karena itu, peternak harus melatih,” kata sosok pengusaha yang juga merupakan pengusaha ternak kambing itu.

Penulis: Azhar Burhanuddin

Editor: Feri Fenoria

Baca juga:

Cerita Pengalaman Dokter Hewan FIKKIA UNAIR Jadi Juri Kambing Kontes Nasional

FKH PSDKU Turut Sukseskan Kontes Ternak Kambing Peranakan Etawa