UNAIR NEWS – Mahasiswa UNAIR tak henti-hentinya cetak prestasi di berbagai bidang. Kini giliran Reyhan Agung Ramadhan, Ilham Baskoro, Rossa Handini, A. Jabir Hajjan Rasyidi, dan Muhammad Farhan Afif Mauludin. Kelima mahasiswa itu berhasil menyabet juara 1 dalam lomba video pendek nasional Jalur Rempah Nusantara yang diselenggarakan oleh Museum Kebaharian Jakarta dan Yayasan Terangi pada Sabtu (1/10/2022).
Dalam kompetisi itu, Reyhan dan tim mengangkat Kota Surabaya sebagai bagian dari jalur rempah dalam sejarah. Menurutnya, Surabaya memiliki kekayaan budaya sebagai proses akulturasi yang tercipta sejalan dengan keberadaan jalur rempah di Kota Surabaya.
“Dalam konten video yang kami ikut sertakan dalam lomba, kami mengangkat Surabaya sebagai jalur rempah, misalnya saja dulu Pelabuhan Kalimas, Pasar Pabean, lalu Jembatan Merah, hingga ke Ampel. Itu ‘kan semuanya titik akulturasi budaya akibat Jalur Rempah tadi,” paparnya.
Lebih lanjut, Reyhan menuturkan bahwa sebenarnya sejarah jalur rempah di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Dalam bidang pendidikan misalnya, sejarah jalur rempah dapat dijadikan alat edukasi pada anak-anak muda untuk meningkatkan nasionalisme dan kesadaran sejarah bangsa. Oleh karena itu, ia dan tim berusaha mengemas konten sejarah dalam video kreatif dengan tujuan memberikan edukasi yang lebih dapat menyentuh anak-anak muda.
“Jalur rempah kami sajikan dalam tontonan menarik sehingga bisa dilihat oleh anak muda, agar bisa meningkatkan nasionalisme juga. Jadi, mereka sebagai bangsa Indonesia merasa memiliki dan menyadari bahwa kita itu kaya raya,” ungkapnya.
Berkolaborasi dengan anggota-anggota yang berasal dari berbagai fakultas dirasa cukup menjadi tantangan tersendiri bagi Reyhan lantaran perbedaan jadwal dan kesibukan. Namun demikian, hal tersebut tak lantas membuat ia dan tim menyerah. Baginya, berkolaborasi dan bersinergi sangatlah penting untuk menyukseskan suatu ide dan gagasan kreatif.
“Kami kan komposisi tim terdiri dari berbagai fakultas ya, jadi untuk penyesuaian jadwal satu sama lain ini agak tricky. Terlebih lagi, kami juga memiliki kesibukan di fakultas masing-masing, jadi ya sebisa mungkin saling menghargai waktu satu sama lain,” katanya.
Selepas menjuarai kompetisi ini, Reyhan dan tim berharap, di era digital sejarah tidak lagi dianggap sebagai satu hal yang sepele. Ia juga menekankan bahwa sejarah bukan hal yang membosankan, sehingga ia berharap agar konten edukasi digital bertemakan sejarah lebih banyak ditelurkan dan disajikan pada masyarakat khususnya anak muda.
“Saya harap masyarakat bisa menganggap sejarah bukan hal yang sepele tapi justru bekal untuk menyongsong masa depan karena apa yang dilakukan leluhur masa lalu itu kan jadi pelajaran untuk kita ke depan. Semoga pemuda dan penerus bangsa jadi lebih suka mengulik sejarah, jangan sampai lupa sejarah,” tutupnya.
Penulis: Yulia Rohmawati
Editor: Khefti Al Mawalia