Universitas Airlangga Official Website

Jatim Talk, Direktur Utama PT SIER Ulas Tantangan dan Hambatan Investasi

Direktur Utama PT SIER Didik Prasetiyono saat menyampaikan materi pada acara Jatim Talk di FEB UNAIR. (Foto: Humas FEB).

UNAIR NEWS – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR gelar Jatim Talk. Acara tersebut berlangsung di Aula Fadjar Notonagoro pada Selasa (12/9/2023). Gelaran itu mengusung tema “Mendorong Daya Ungkit Perekonomian Jawa Timur”.

Hadir dalam acara tersebut Direktur Utama PT SIER Didik Prasetiyono. Dalam kesempatan itu, Didik menyampaikan materi dengan judul KAWASAN INDUSTRI: TANTANGAN DAN HAMBATAN INVESTASI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DI JAWA TIMUR. 

Ada empat bahasan utama, seperti kawasan industri di Indonesia dan benchmark dengan negara lain. Dirut PT SIER juga mengulas tentang rencana pengembangan kawasan industri dan bisnis pengelolaan industri SIER.

“Khusus di Jawa Timur terdapat sedikitnya 10 kawasan industri yang dikelola oleh 8 perusahaan. Total luasnya mencapai 5000 hektare,” ujarnya.

Selanjutnya, Didik juga mengulas industri 4.0 di Indonesia. Menurutnya, pengembangan kawasan industri di Indonesia akan sangat penting dalam mendorong peta jalan revolusi industri 4.0. Tidak hanya itu, sambung Didik, melalui making Indonesia 4.0, pemerintah berharap dapat meningkatkan ekspor bersih terhadap PDB dari 1% menjadi 10% pada tahun 2030.

“Selain itu, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB menjadi 25% pada tahun yang sama,” jelasnya.

Sumber Pertumbuhan Baru di Jawa Timur

Pada kesempatan itu, Didik juga menjelaskan perihal sumber pertumbuhan baru di Jawa Timur. Menurutnya, industri pengolahan adalah penyumbang pendapatan tertinggi di Jawa Timur. “Setidaknya, pertumbuhan tertinggi sebesar 1,2 persen,” tandasnya.

Tidak hanya itu, Didik juga memaparkan pemetaan dan strategi di Jawa Timur. Menurutnya, Jawa Timur mencatatkan realisasi investasi tertinggi dalam lima tahun terakhir. Ia juga menegaskan bahwa fokus strategi investasi di Jawa Timur 2022 yaitu mengembangkan kawasan industri yang berbasis klaster, digital, hijau, dan inklusif.

Pada akhir, lulusan FEB UNAIR itu juga mengulas tentang tantangan dan hambatan pengembangan  kawasan industri. Salah satu hambatanya jelas Didik, peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan industri, terutama di era digital dan revolusi industri 4.0.

“Tantangan selanjutnya adalah pengembangan ekosistem inovasi yang mendukung penelitian dan pengembangan. Selain itu, transfer teknologi, dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri,” tutup lulusan Magister Manajemen UNAIR itu.

Penulis: Muhammad Rizal Abdul Aziz 

Editor: Nuri Hermawan