UNAIR NEWS – Setiap manusia pasti pernah mengalami masa-masa yang terpuruk. Hal tersebut tentunya wajar bagi tiap manusia. Dalam kajian pada Rabu (3/4/2024), Masjid Ulul Azmi Kampus MERR-C Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan kajian tentang kesehatan mental. Kajian secara hybrid yang diisi oleh Valina Khiarin Nisa SPsi MSc, Dosen Fakultas Psikologi (Fpsi) membahas tentang cara diri berdamai dengan masa lalu. Hal ini juga berkaitan dengan banyaknya anak muda terutama dari kalangan mahasiswa yang sering mengalami permasalahan dengan kesehatan mental.
Takut dan cemas merupakan kedua hal yang sepintas terlihat sama tetapi berbeda. Hal ini karena ketika kita takut, sesuatu yang ditakutkan memiliki sebuah wujud. Berbeda dengan cemas, hal ini terjadi karena adanya sesuatu yang mengganggu dalam pikiran dan mental. “Sebagai seorang manusia tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan dan dalam hal tersebut tentunya beriringan sebagaimana yang diberikan oleh Allah SWT,” ujar Valina.
Penerimaan Diri
Sebuah wujud dalam mencintai diri sendiri adalah dengan dapat menerima diri dengan apa adanya. Dengan menerima diri dengan apa adanya akan membuat kita menjadi lebih terbuka dan berdamai dengan yang telah terjadi di masa lalu. “Penerimaan diri memiliki kesamaan dengan menerima diri kita apa adanya, sehingga kita bisa lebih terbuka dan berdamai dengan masa lalu,” tuturnya.
“Ketika kita dapat menerima diri kita akan menerima segala kekurangan dan kelebihan kita,” imbuh Valina. Ia melanjutkan, dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, manusia akan dapat menentukan ke mana arah yang akan diambil. Selain itu, penerimaan juga membutuhkan waktu dengan durasi tiap orang yang berbeda-beda.
Dalam melakukan penerimaan, perlu adanya suatu proses dengan dukungan oleh waktu, konsistensi, dan relasi. Hal ini berhubungan dengan bahwa ketika melakukan proses tidak hanya mengandalkan diri sendiri tetapi lingkungan juga berpengaruh dalam prosesnya.
Resilience atau Daya Tahan
Kemudian, Valina juga mengulas seputar daya tahan atau resilience. Resilience atau daya tahan menurut pandangan psikologi adalah kemampuan jiwa untuk kembali bangkit ketika mengalami keterpurukan. “Daya tahan setiap orang tidaklah sama sehingga membutuhkan waktu yang berbeda beda,” katanya.
Akan tetapi, sambungnya, setiap manusia dapat melatih daya tahannya. Untuk meningkatkan daya tahan tersebut, caranya bisa dengan memahami tingkat akurasi dalam mempertimbangkan suatu hal, mempertimbangkan berbagai kemungkinan, bersikap fleksibel dan kemampuan untuk melanjutkan hidup untuk mencapai tujuan yang baru. Valina mengingatkan bahwa Allah tidak akan menguji suatu kaum di luar batas kemampuannya. Sehingga kita sebagai makhluknya haruslah bertanggung jawab dengan kita sendiri.
Pada akhirnya, sebuah upaya untuk berdamai dengan masa lalu adalah dengan memiliki empati untuk diri sendiri. Menutup kajian, Valina menyampaikan, “Empati kita butuhkan untuk menerima diri kita supaya dapat bangkit. Sehingga kita haruslah dapat merasakan bagaimana kita dapat merasakan emosi yang kita sendiri.”
Penulis : Ahmad Hanif Musthafa
Editor : Yulia Rohmawati