Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah endemis malaria di Indonesia. Garis Khatulistiwa melintasi provinsi ini, tepatnya di Kota Pontianak. Kecamatan Landak Provinsi Kalimantan Barat dengan tiga Kecamatan yang masih endemis malaria adalah Ngabang, Menjalin dan Air Besar. Data kasus malaria di Kabupaten Landak tiga tahun terakhir pada 2014, menunjukkan bahwa 2.742 kasus malaria klinis dan 18 kasus malaria positif mikroskopis. Tahun 2015 terdapat 3.566 kasus malaria klinis dan 41 kasus malaria positif mikroskopis. Di tahun 2016 terdapat 4.409 kasus malaria klinis dan 15 kasus malaria positif mikroskopis. Indeks Parasit Tahunan/ Annual Parasite Indices (API) Kabupaten Landak di 2016 adalah 0,04 per 1.000 penduduk, dan pada 2017 adalah 0,03 per 1.000 penduduk (Dinas Kesehatan Kecamatan Landak, 2017). Tempat berkembang biak untuk nyamuk Anopheles di daerah ini meliputi genangan air, kolam, dan talang air yang terdapat di hutan dan perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, penambangan emas ilegal, saluran irigasi di sawah ladang, sumur yang digunakan untuk mandi, mencuci dan jenis lain dari tempat berkembang biak yang terletak di dekat daerah pemukiman.
Desa Amboyo Utara yang termasuk Kecamatan Ngabang merupakan daerah dengan kasus malaria yang tinggi pada tahun 2016 sebanyak 58 kasus malaria klinis dan 15 kasus malaria positif mikroskopis secara mikroskopis. Pada tahun 2017 jumlah klinik kasus malaria sebanyak 30 kasus dan 6 kasus mikroskopis malaria positif secara mikroskopis. Rendahnya kasus malaria di Desa Mandor yang milik Kecamatan Mandor, pada tahun 2016 jumlah kasus malaria klinis 47 kasus dan pada tahun 2017 ada 24 kasus dan tidak ada kasus malaria positif mikroskopis (nol). Desa Amboyo Utara terdiri dari persawahan, pertanian sayuran dan kelapa sawit. Desa Mandor terdiri dari dataran rendah, sebagian besar yaitu pertanian, perkebunan karet, dan penambangan emas ilegal. Beberapa kegiatan kependudukan berdampak pada kesehatan sekitar masyarakat, terutama timbulnya malaria penyakit. Penebangan hutan yang merusak habitat nyamuk Anopheles.
Nyamuk Anopheles di Indonesia banyak ditemukan yaitu sekitar 430 spesies, tetapi 30-40 spesies nyamuk berpotensi menjadi vektor penyakit malaria dan dapat mendukung transmisi pada manusia (Soedarto, 2011). Jenis nyamuk Anopheles yang telah teridentifikasi di Kalimantan Barat adalah An. Sundaicus. Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat malaria di Indonesia dan endemik Asia Tenggara. Kalimantan Barat termasuk daerah kasus malaria dengan insidensi rendah dan tinggi. Kabupaten Landak merupakan salah satu tempat kasus malaria yang terdapat di daerah lingkungan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI), perkebunan kelapa sawit dan transmisi penularan malaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mennggambarkan karakteristik tempat perindukan dan spesies larva Anopheles yang ditemukan di daerah kasus malaria tinggi yaitu Desa Amboyo Utara dan daerah kasus malaria klinis rendah, yaitu Desa Mandor. Metode penelitian secara deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel berupa larva Anopheles dengan teknik Accidental Sampling. Hasil penelitian ini adalah karakteristik lingkungan yang berpotensi sebagai tempat perindukan mengandung larva Anopheles di Desa Amboyo Utara yaitu suhu air 26-3 °C, teduh, pH air 5,0-7,6, salinitas 0,2-1,0 ppt, biota air eceng gondok, rumput dan kecebong. Desa Mandor yaitu suhu air 29-30°C dan teduh, pH 6,9-8,0, salinitas 0,5 ppt, air tanaman rumput. Spesies Anopheles yang ditemukan di desa Amboyo Utara yaitu larva An. vagus (94,30%), An. tessellatus (3,42%), An. subpictus (1,62%), An. indefinites (0,81%) dan An. maculatus (0,81%). Desa Mandor ditemukan yaitu larva An. maculatus (11,11%), An. subpictus (3,70%), dan An. vagus (85,18%). Kesimpulan penelitian ini adalah spesies yang berbeda ditemukan di tempat perindukan dengan karakteristik lingkungan yang berbeda pula baik di daerah kasus malaria tinggi dan rendah di Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat.
Ditulis oleh: Khairul Bariyah, Budi Utomo, Sri Subekti, Florentina Sustini, Juniastuti, Fathmawati Fathmawati, Heny Arwati
Artikel dapat diunduh pada link berikut: https://e-journal.unair.ac.id/IJTID/article/view/10419/16797