Universitas Airlangga Official Website

Karper 2022 Tekankan Budaya Solidaritas antar Mahasiswa Perikanan

3. Pemaparan Materi Orientasi Karakter Aktif sebagai Basis Pergerakan Mahasiswa Perikanan oleh Adam Gibran

UNAIR NEWS – HIMAKUA SIKIA UNAIR Banyuwangi kembali menggelar Karper hari keempat pada Minggu (9/10) dengan tema “Solidaritas dan Budaya Akuakultur”. Kegiatan tersebut digelar sedikit berbeda dari Karper hari-hari sebelumnya. Pasalnya, konsep pada hari keempat bukan hanya ditujukkan bagi mahasiswa baru angkatan 2022, melainkan digelar terbuka bagi seluruh mahasiswa Akuakultur angkatan 2020 hingga 2022.

Dalam kegiatannya, diisi oleh Beri Tegar Setiawan selaku pemateri pertama. Pada kesempatan tersebut, Beri memberikan pengalamannya mengenai Budaya dan Solidaritas Mahasiswa Akuakultur.

Dalam paparannya, mahasiswa Akuakultur tersebut menjelaskan bahwa sebuah budaya dapat terlihat dari nilai yang disepakati dan tertanam dalam masyarakat, organisasi, atau kelompok. Hal tersebut mengakar menjadi kebiasaan dan kepercayaan sehingga menjadi acuan dalam berperilaku.

“Solidaritas disini diartikan sebagai rasa senasib dan sepenanggungan karena didasarkan atas tujuan yang sama terhadap orang lain. Rasa solidaritas sendiri terbentuk karena adanya kebersamaan dalam kurun waktu tertentu,” ungkapnya.

1.      Pemaparan Materi Solidaritas dan Budaya Akuakultur oleh Beri Tegar Setiawan

Dapat dikatakan bahwa solidaritas merupakan salah satu budaya Akuakultur yang tertanam sejak lama. Beri menyebutkan, kegiatan Karper ini merupakan salah satu cara dalam menumbuhkan solidaritas mahasiswa Akuakultur pada tahap awal. “Untuk tahap berikutnya dapat dilakukan dengan senyum sapa, silaturrahmi, dan rasa empati antar sesama,” imbuhnya.

Selaras dengan bahasan tersebut, Adam Gibran turut memberikan materi mengenai Orientasi Karakter Aktif sebagai Basis Pergerakan Mahasiswa Perikanan. Dalam hal ini, pergerakan yang dimaksut akan mengarah pada aktivitas-aktivitas yang membutuhkan bantuan solidaritas penuh dari mahasiswa perikanan.

Dalam paparannya, Adam menjelaskan bahwa pelaksanaan pergerakan yang mengarah pada solidaritas membutuhkan sebuah pola pikir kritis guna analisis informasi dengan baik serta mempertimbangkan segala kemungkinan yang dapat terjadi.

Mahasiswa harus banyak bertanya untuk setiap peristiwa yang ada. Oleh karena itu, sambungnya, bukan berarti pada setiap pergerakan dapat langsung diterima tanpa berpikir panjang, melainkan harus disertai dengan pola pikir secara analitikal dalam setiap pelaksanaannya.

Penulis : Azka Fauziya

Editor: Feri Fenoria