Universitas Airlangga Official Website

Karya Sederhana Anak Bangsa yang Mendunia

Ditengah-tengah berbagai tayangan di sosial media yang bernada negatif tentang anak-anak muda Indonesia, misalnya tawuran di jalanan, anak-anak muda yang jadi pemalak, anak-anak SMP/SMA yang ditanya 4×3 saja tidak bisa menjawab (kalau yg ini kemungkinan dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab demi content), anak-anak yang melawan gurunya dsb. Maka ada berita positif menggembirakan yang menunjukkan bahwa anak-anak muda itu “it is not that bad” – yaitu berita dua orang muda, mahasiswa yang karya filmya mendapatkan penghargaan di Festival Cannes, Perancis.

Berita yang membanggakan itu karena mengingat ajang Festival Film di Cannes itu adalah ajang festival yang bergengsi didunia yang mana para bintang film tersohor di dunia ini selalu hadir di acara yang elit itu. Festival Cannes atau dalam bahasa Perancisnya “Festival de Cannes” dan tahun 2002 disebut “Festival International du Film” adalah festival film tahunan yang diadakan di Cannes, Prancis, yang menayangkan film-film baru dari seluruh genre, termasuk film dokumenter dari seluruh dunia. Pertama kali diadakan pada tahun 1946, festival ini diadakan setiap tahun (biasanya pada bulan Mei) di Palais des Festivals et des Congrès.

Dibilang membanggakan bangsa ini karena film pendek yang dibuat dua orang mahasiswa Rachmat Kurniawan Idham dan Azyd Aqsha sangat sederhana dan lahir dari keisengan. Dua sineas muda Indonesia itu awalnya hanya ingin membuat dokumenter sederhana. Tanpa disangka, proyek kecil mereka yang diberi judul: The Atlantis Mussels justru membawa mereka melangkah ke salah satu panggung film paling prestisius di dunia  Festival Film Cannes itu.

Film dokumenter ini mengangkat kisah komunitas pesisir di Jakarta Utara yang menghadapi ancaman penurunan tanah akibat perubahan iklim. Dalam keterbatasan sumber daya, mereka menemukan solusi kreatif dengan menggunakan cangkang kerang hijau untuk meninggikan permukaan tanah. Sebuah ide yang sederhana, tapi memiliki dampak besar bagi kehidupan mereka.

Dari proyek yang hanya dikerjakan dalam hitungan hari, The Atlantis Mussels sukses memenangkan Best ShortDoc Award di Megacities-ShortDocs Film Festival 2024, yang akhirnya membawa film ini diputar di Cannes. Kisahnya membuktikan bahwa terkadang, langkah kecil yang diambil dengan tekad dan kreativitas bisa membawa seseorang jauh lebih dari yang dibayangkan.

Tak disangka, THE ATLANTIS MUSSELS menang dalam kategori The Best ShortDoc. Rachmat dan kawan-kawannya pun mendapatkan hadiah berupa uang tunai sebesar 1000 euro atau Rp17,3 juta. Menurut Rachmat, salah satu faktor kemenangan THE ATLANTIS MUSSELS adalah karena mengangkat isu yang berkaitan dengan perubahan iklim.

Selain mendapatkan uang, sertifikat, dan penayangan dalam acara penghargaan di Paris, film THE ATLANTIS MUSSELS juga mendapatkan kesempatan untuk tayang di 9th Positive Cinema Week, bagian dari Festival Film Cannes 2024. Rachmat dan Azyd pun turut hadir untuk memperkenalkan karyanya kepada pihak yang hadir dalam festival bergengsi tersebut.

Banyak orang menganggap, untuk bisa membuat film yang sukses, dibutuhkan anggaran besar, kru yang banyak, para pemain yang cantik dan ganteng dan waktu produksi yang panjang. Namun, Rachmat dan timnya membuktikan, yang terpenting bukanlah skala produksinya, melainkan kekuatan cerita yang disampaikan, kebetulan cerita film mereka itu tentang perjuangan masyarakat pesisir yang sederhana dengan peralatan seadanya berjuang untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Ya memang Climate Change atau perubahan iklim itu sekarang sudah menjadi perhatian negara-megara didunia ini.

Bravo anak muda, mahasiswa Indonesia !!!