UNAIR NEWS – Hingga akhir Mei 2024, prevalensi Demam Berdarah (DBD) Provinsi Jawa Timur menjadi yang terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Data epidemiologi dari Dinas Kesehatan Banyuwangi memperlihatkan prevalensi DBD terbanyak berada di wilayah kerja Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi. Hingga Mei 2024 ditemukan 49 kasus dengan catatan 3 orang meninggal.
Lewat pengabdian masyarakat SEMINAR (Semarak Indonesia Belajar) Pasca Amati Jentik,
mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) turut membantu menekan angka kasus DBD. Mereka menggalakkan upaya promotif dan preventif. Kerja sama dilakukan bersama Dinas Kesehatan Banyuwangi, Puskesmas Gitik, Perangkat Desa Rogojampi, serta kader dan Ketua RT dari Dusun Jagalan dan Dusun Prejengan.
Inspeksi Jentik Nyamuk Door to Door
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FIKKIA, Putri Nur Aini mengatakan inspeksi jentik nyamuk dari rumah ke rumah setiap RT oleh 3 mahasiswa Kesmas FIKKIA, 1 Dosen epidemiologi, dan pendampingan ketua RT. Inspeksi jentik dilakukan dengan melihat kondisi bak mandi dan wadah-wadah yang memiliki genangan air. Mereka juga membagikan bubuk abate setiap rumah secara gratis. Jika terdapat rumah yang memiliki jentik nyamuk akan mereka berikan edukasi langsung.
“Observasi dilakukan pada tanggal 28 Mei 2024 dengan sasaran 45 rumah di Dusun Prejengan dan 35 rumah di Dusun Jagalan,” katanya.
Hasil Inspeksi Jentik Nyamuk
Putri menyatakan Dusun Jagalan dengan 35 rumah yang diamati terdapat 5 rumah yang positif memiliki jentik. Hasil keseluruhan perhitungan diperoleh House Index (HI) sebesar 14,28%, Container Index (CI) sebesar 14,28%, Breteu Index (BI) sebesar 15% dan ABJ sebesar 85,72%. Density Figure pada Dusun Jagalan sebesar 3,6.
Hasil dari Dusun Prejengan dengan 45 rumah yang diamati terdapat 8 rumah yang positif memiliki jentik. Hasil keseluruhan perhitungan diperoleh House Index (HI) sebesar 17,7%, Container Index (CI) sebesar 13,7%, Breteu Index (BI) sebesar 17,7% dan ABJ sebesar 82,2%. Perhitungan Density Figure pada Dusun Prejengan yang sama dengan Dusun Jagalan yakni sebesar 3,6 yang artinya masuk ke dalam zona kuning yakni derajat penularan penyakit oleh larva sedang atau perlu diwaspadai.
“Standar baku mutu pengendalian vektor untuk DBD dari Kementerian Kesehatan RI yaitu angka bebas jentik sebesar ≥95%. Artinya masih banyak ditemukan jentik nyamuk diantara rumah yang diperiksa,” jelas mahasiswa FIKKIA Angkatan 2021 itu.

Sosialisasikan Pencegahan DBD
Mahasiswa Kesehatan FIKKIA turut melaporkan hasil inspeksi jentik yang telah dilakukan, dilangsungkan kegiatan berjudul “SEMINAR” (Semarak Indonesia Belajar Pasca Amati Jentik) bertempat di Kantor Desa Rogojampi pada Senin (3/06/2024). Peserta adalah perwakilan masyarakat di setiap dusun, kader, Kepala Puskesmas Gitik, Kepala Desa Rogojampi.
Tiga dosen program studi kesehatan masyarakat FIKKIA turut berkontribusi memberikan sosialisasi pencegahan dan pengendalian DBD. Terutama dalam aspek nutrisi, perilaku, dan lingkungan. DBD dapat dicegah dengan mengintegrasikan perubahan perilaku, perbaikan lingkungan, peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan segera jika ada gejala awal karena virus dengue sudah masuk ke dalam tubuh manusia.
“Pemikiran baru yang disampaikan menjadi 4M PLUS. Tidak hanya menguras bak mandi, mengubur barang bekas, menutup penampungan air saja,” tutur Putri.
Tapi juga memantau keberadaan jentik nyamuk serta PLUS yaitu memusnahkan breeding places atau tempat perindukan nyamuk sebagai vektor dengan tindakan pemberantasan sarang nyamuk. Seluruh komponen bangsa Indonesia hendaklah dapat bekerja sama dan berkolaborasi lintas sektor dan lintas program bersinergis memerangi DBD untuk mewujudkan zero dengue death 2030.
Penulis: Azhar Burhanuddin
Editor: Khefti Al Mawalia