Biodiversitas gastropoda darat (keong darat dan siput) di Jawa, meskipun telah banyak diteliti oleh ahli malakologi, namun masih banyak spesies yang menunggu untuk ditemukan. Meskipun penelitian terhadap keragaman keong darat di Jawa termasuk yang paling lengkap dibandingkan dengan pulau lain di Indonesia, namun pemantauan dan pelestarian populasi spesies asli di Jawa sangat penting.
Gastropoda terestrial menyukai tempat yang lembab dan kaya akan kalsium karbonat. Hewan ini umumnya ditemukan di antara serasah daun, permukaan tanah di hutan, kayu lapuk, di bawah daun, atau di pepohonan. Banyak bekicot yang sebenarnya endemik pada satu tempat. Keong darat sensitif terhadap perubahan habitat. Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi spesies ini. Perubahan tata guna lahan yang masif dan peningkatan aktivitas manusia di Pulau Jawa akan menyebabkan hilangnya habitat dan berdampak pada keanekaragaman keong darat.
Gunung Arjuna-Welirang yang terletak di Jawa Timur memiliki ketinggian 3000 m DPL. Sebagian dari area tersebut merupakan Kawasan konservasi, termasuk Arboretum Sumber Brantas dan Taman Hutan Raden Soerjo (Tahura). Spesies Gastropoda terestrial dari Kawasan Gunung Arjuna Welirang terakhir kali dilaporkan pada tujuh dekade lalu. Penelitian yang kami lakukan, tentang observasi, monitoring, dan pembaharuan data tentang Gastropoda terestrial di lereng Gunung Arjuna-Welirang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah selanjutnya terkait konservasi dan penggunaan lahan di area Gunung Arjuna-Welirang.
Pengambilan sampel Gastropoda terestrial dilakukan di dua lokasi yang berada di area lereng Gunung Arjuna-Welirang, Jawa Timur, yaitu Arboretum Sumber Brantas dan Tahura. Pengambilan sampel dilakukan selama bulan September 2020 sampai Maret 2021 dengan cara membuat plot sampling dengan ukuran 10×10 m2Â dengan total sebanyak 24 plot. Sampel diambil secara langsung berdasarkan pengamatan visual, misalnya dengan memeriksa kayu lapuk, batu (bila tersedia), batang pohon, dan bagian bawah daun, maupun dengan cara menyaring 5 kg serasah daun dan tanah dari setiap plot. Pengamatan secara visual dan pengambilan sampel secara langsung dilakukan selama satu jam pada setiap plot. Sampel yang digunakan untuk pengamatan tidak hanya yang hidup saja, namun juga dapat berasal dari cangkang atau fragmen cangkang dari Gastropoda yang telah mati. Semua sampel yang berhasil diperoleh disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), Pusat Penelitian Biologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Identifikasi, validasi, dan visualisasi sampel dilakukan di MZB.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 646 spesimen yang berhasil dikumpulkan dari dua lokasi penelitian. Seluruh spesimen dapat dikelompokkan ke dalam 13 spesies yang terdiri dari Japonia ciliocincta, Philalanka micromphala, Philalanka thienemanni, Paraboysidia boettgeri, Kaliella barrakporensis, Kaliella platyconus, Coneuplecta sitaliformis, Liardetia convexiconica, Helicarion albellus, Macrochlamys infans, Microcystina nana, Parmarion pupillaris, Bradybaena similaris, dan Landouria sp.. Sebanyak 13 spesies yang tercatat pada penelitian ini, lima spesies diantaranya berhasil ditemukan di Arboretum dan Tahura, sedangkan 8 spesies lain hanya ditemukan di area Tahura. Seluruh spesies tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 8 famili (Cyclophoridae, Charopidae, Gastrocoptidae, Chronidae, Euconulidae, Helicarionidae, Ariophantidae, dan Camaenidae). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini sekaligus menambah data spesies dan famili dari Gastropoda terestrial yang terdapat di wilayah Arboretum dan Tahura. Keanekaragaman spesies di area Tahura lebih tinggi daripada Arboretum berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon, namun dominansi spesies di Arboretum lebih tinggi daripada di Tahura yang dihitung berdasarkan indeks dominansi Simpson. Tutupan tajuk yang lebih sedikit serta banyaknya aktivitas manusia di Arboretum berkontribusi pada perbedaan keanekaragaman spesies. Daerah Tahura merupakan hutan sekunder, sedangkan Arboretum terdiri dari pepohonan yang ditanam untuk tujuan wisata, yang beberapa di antaranya bukan vegetasi asli daerah tersebut. Vegetasi yang teridentifikasi di area arboretum misalnya adalah perdu, pinus, mahoni, palem, pisang, dan berbagai tanaman berbunga, sehingga Arboretum memiliki tutupan tajuk yang lebih sedikit dibandingkan dengan Tahura. Selain itu, Arboretum terletak di dekat Desa Sumber Brantas yang mana Penduduk desa menggunakan areal di dekat Arboretum untuk menanam sayuran.
Penelitian ini menambahkan data spesies invasif yaitu Bradybaena similaris yang banyak terdapat di Arboretum. Perubahan penggunaan lahan dan kepadatan tutupan tajuk yang lebih rendah dapat menyebabkan berkembangnya spesies invasif di kawasan hutan hujan tropis. Sebagian besar spesies invasif memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap pengeringan sehingga dapat bertahan hidup di area yang lebih terbuka. Jumlah spesies yang tercatat di Gunung Arjuna-Welirang mungkin lebih rendah dari kekayaan spesies sebenarnya di daerah tersebut. Namun, penelitian ini telah memberikan data malakologi dasar yang penting dan lebih lengkap dari Gunung Arjuna-Welirang dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan pada tujuh dekade lalu.
Penulis: Putri Afin Nurhayati, Moch Affandi, Ayu Savitri Nurinsiyah
Link: https://doi.org/10.13057/biodiv/d221009
Nurhayati, P. A., AFFANDI, M., & NURINSIYAH, A. S. (2021). Diversity and abundance of terrestrial Gastropods on the slopes of Mount Arjuna-Welirang, East Java, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 22(10). Link: https://doi.org/10.13057/biodiv/d221009