Universitas Airlangga Official Website

“Kebaikan itu lahir dari didikan dan asuhan tangan lembut kedua orang tua saya”

Mantan Hakim Agung Asep Iwan Iriawan yang sering dipanggil kang Asep ketika diwawancari Kompas TV seingat saya bulan September 2022 tentang ada hakim MA yang tertanggkap KPK. Dia menjawab bahwa ada dua hakim yang dia kenal merupakan benar-benar hakim, maknanya hakim yang bersih salah satunya adalah Sunarto yang sekarang aktif menjabat Wakil Ketua MA – ujarnya.

Pengakuan kang Asep mantan Hakim Agung itu saya ungkap lagi pada acara rapat Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Airlangga yang mana waktu itu saya menjadi salah satu anggotanya – dalam rapat pertama yang agendanya pemilihan Ketua MWA. Saya sebagai pembicara pertama melontarkan pilihan saya kepada pak Sunarto dengan referensi pengakuan kan Asep itu dan saya tambah kalimat saya sendiri “Kang Asep tahunya bahwa Pak Sunarto hakim yang bersih itu sejak dia kenal pak Sunarto waktu sama-sama menjadi hakim di MA, sedangkan saya tahu pak Sunarto itu orang baik sejak dia mahasiswa Fakultas Hukum UNAIR (7 tahun dibawah saya waktu di FE UNAIR)”. Alhamdulillah seluruh anggota MWA setuju dengan pendapat saya dan dicapai keputusan mufakat bahwa pak Sunartolah yang pantas menjadi ketua MWA UNAIR.

Saya memang tahu karakter pak Sunarto, kelahiran Sumenep Madura, keturunan bangsawan Madura Sumenep, orangnya kalem tapi tegas, kalau memimpin rapat di MWA kelihatan karisma nya yang besar, dengan suara yang kalem namun to the point tanpa basa-basi. Dia sangat menghargai senior-seniornya atau orang yang lebih tua.

Penghormatannya kepada orang tua terlihat meskipun – pernah menjadi hakim dimana-mana dan sekarang menjabat jabatan tinggi di negara ini yaitu Wakil Ketua MA bidang Judisial. Dia terbata-bata mengucapkan terima kasih dan penghormatannya kepada kedua orang tuanya di akhir orasi ilmiahnya sebagai Guru Besar Kehormatan Universitas Airlangga tanggal 10 Juni 2024 lalu. Saya mengetahui jelas Pak Sunarto menahan tangis itu karena posisi duduk saya di undangan tamu terdepan dibelakang ketua PBNU dan ketua PP Muhammadiyah.

“Selanjutnya perkenankanlah saya mempersembahkan pengabdian ini untuk kedua orang tua saya tercinta almarhum H.R. Moh Tahir Ardikusumo dan Hj. R.A. Su’udiyah. Jika Bapak/Ibu hadirin mendapati ada kebaikan yang terpancar dari diri saya yang dho’if ini, sesungguhnya kebaikan itu lahir dari didikan dan asuhan tangan lembut kedua orang tua saya” – itulah penggalan penutup orasi ilmiah pak Sunarto yang dibacanya dengan tangisan dan langsung mendapatkan tepuk tangan gemuruh tanda kehormatan kepadanya.

Profesor Honoris Causa Dr. H. Sunarto, S.H. M.H membacakan pidato pengukuhan dengan judul “Makna Penegakan Hukum Dan Keadilan Dalam Perkara Perdata” tanggal 10 Juni 2024 itu dihadiri banyak undangan di antaranya undangan penting seperti Ketua PBNU, Ketua PP Muhammadiyah, Ketua MA yang sekarang (dan sebelumnya yaitu Prof, Hatta Ali), Menkumham, pejabat KPK, anggota DPR-RI dan undangan civitas akademika UNAIR lainnya.

Paparan pidato pengukuhan Prof. HC Sunarto itu sangat jelas dan runtut dan ditutup dengan mengutip kata-kata bijak dari Earl Warren, ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat 1953-1969: “In civilized life, law floats in a sea of ethics. Jika etika dibaratkan sebagai air samudera, maka hukum tidak lain merupakan kapalnya yang tidak akan pernah berlayar menuju tepian keadilan jikalau air samuderanya kering”.

Saya sekarang yang menjadi anak buah Prof. Sunarto di MWA sebagai Ketua Komite Audit (KA) MWA UNAIR dan semua anggota KA UNAIR mengucapkan selamat kepada beliau atas diterimanya penganugerahan Guru Besar Kehormatan dari almamater tercinta Universitas Airlangga.