UNAIR NEWS – Kelompok Wringinrejo 1 Universitas Airlangga (UNAIR) terdiri dari sepuluh mahasiswa. Mereka memberikan sosialisasi kepada siswa sekolah dasar mengenai sampah. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Komunitas Periode 2 (KKN BBK-2) UNAIR 2023. Kegiatan itu berlangsung di Desa Wringinrejo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi pada Kamis (26/7/2023).
Kepada UNAIR NEWS (31/7/2023), Ketua Kelompok Wringinrejo 1, Lukas Leonardo Simanjuntak, mengatakan bahwa permasalahan sampah menjadi salah satu problematika di desa tersebut. Kebiasaan masyarakat untuk membakar sampah pada sore hari membuat banyaknya asap jerebu dari hasil pembakaran sampah tersebut.
“Pemilahan sampah di desa ini juga kurang, karena masyarakatnya lebih memilih membakar sampah mereka masing-masing daripada membuang sampah dengan memilahnya,” ujarnya.
Pentingnya Generasi Penerus
Melihat hal itu, edukasi sejak usia dini perihal kesadaran akan pemilahan sampah menjadi penting. Menurutnya, anak-anak usia sekolah dasar yang akan menjadi generasi penerus harus kuat pengetahuan dan kebiasaan membuang sampah dengan memilah sampah organik dan anorganik. Tentunya, hal itu juga akan mempermudah daur ulang sampah.
“Hal ini juga akan berdampak pada bagaimana siswa tersebut berperilaku di lingkungan sekolahnya yang kemudian dapat mereka bawa ke dalam kehidupan di luar sekolah,” tambahnya.

Dalam kegiatannya, Kelompok Wringinrejo 1 melakukan sosialisasi yang bertajuk Penyuluhan Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik dengan metode Emo Demo pada siswa Sekolah Dasar. Acara tersebut menyasar siswa SDI Baitussalam. Selain itu, Program kerja yang dibuat pun selaras dengan poin ke-12 SDGs, yaitu Konsumsi dan produksi yang Bertanggung jawab.
“Konsumsi yang berlebih tentunya akan menghasilkan sampah yang berlebih sehingga memengaruhi luasan tempat pembuangan sampah yang ada,” ungkapnya.
Pada acara tersebut, pembuka kegiatan dengan penyampaian materi melalui proyektor. Isi materi mengenai pemilahan sampah organik dan anorganik pun menyesuaikan dengan dengan usia sekolah dasar dan disertai dengan pembagian poster materi pemilahan sampah.
Menggunakan Metode Emo Demo
Ia pun menjelaskan bahwa mereka juga memberikan edukasi dengan metode Emo Demo atau Emotional Demonstration. Emo Demo merupakan salah satu metode yang berguna untuk mengubah perilaku masyarakat dari perilaku buruk ke perilaku baik. Harapannya, para peserta berpartisipasi aktif agar dapat menyalurkan pesan dengan menyenangkan sehingga mudah diingat dan berdampak pada perubahan perilaku.
“Kami mengajak anak mereka dengan contoh nyata dari buruknya membuang sampah yang tidak terpilah, seperti bau yang muncul, menyebabkan penyakit dan berbagai hal buruk lainnya,” lanjutnya.
Kedepan, ia berharap agar kegiatan tersebut dapat menyentuh sisi emosional siswa agar lebih peduli terhadap pemilahan sampah organik dan anorganik. Tentunya hal itu dapat diterapkan di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumahnya. Menurutnya, pengelolaan sampah yang berkelanjutan sangat perlu untuk mencapai berbagai target pembangunan berkelanjutan. (*)
Penulis : Afrizal Naufal Ghani
Editor : Nuri Hermawan