Universitas Airlangga Official Website

Kenali Lebih Dekat Perilaku Non-Suicidal Self Injury (NSSI)

Foto by SmartParents

UNAIR NEWS – Non-Suicidal Self Injury (NSSI) merupakan perilaku yang dengan secara sengaja melukai diri sendiri namun tanpa tujuan untuk melakukan bunuh diri. Contoh-contoh dari perilaku ini antara lain menyilet kulit tubuh, mencabut bulu-bulu di tubuh, hingga melakukan cutting pada area-area tubuh tertentu.

Tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara berulang hingga menimbulkan rasa sakit dan luka namun tanpa ada tujuan untuk bunuh diri. Perilaku NSSI dapat dilakukan oleh individu dari segala kelompok umur. Usia onset (kemunculan perilaku) ini dapat berkisar antara usia sekolah dasar hingga usia dewasa.

“Sebagian besar itu adalah cara mereka mereduksi perasaan-perasaan negatif. Jadi, ini merupakan salah satu dampak atau perilaku yang dimunculkan karena ketidakmampuan individu dalam meregulasi perasaan atau emosi negatif yang mereka miliki secara adaptif,” tutur Dian Kartika Amelia Arbi MPsi Psikolog pada wawancara Jumat (27/8/2022).

Faktor lain yang juga berkontribusi dalam memunculkan tindakan NSSI ini adalah self-critic yang terlalu tinggi pada diri individu. “Adanya kritik yang terlalu tinggi pada diri sendiri sehingga yang dia munculkan adalah bentuk-bentuk perilaku untuk menghukum diri sendiri yakni melukai diri sendiri,” ungkap Dosen Departemen Psikologi Universitas Airlangga ini.

Dian Kartika Amelia Arbi MPsi Psikolog. (Foto: Dok. Pribadi)

Perilaku NSSI, lanjut Dian, juga dapat disebabkan karena ketidakmampuan individu untuk meminta bantuan pada orang di sekitarnya. “Jika dirasa orang lain melihat (perilaku NSSI-nya, red), harapannya orang lain akan bertanya mengenai hal tersebut. Ini bukan berpura-pura, tapi benar-benar karena ketidakmampuan mereka untuk membangun kemampuan interpersonal dan meminta bantuan secara langsung,” jelasnya.

Saat mengetahui orang terdekat melakukan tindakan NSSI, Dian menyarankan agar kita sesegera mungkin memberikan pertolongan secara fisik dengan membantu membersihkan luka serta menjauhkannya dari benda-benda yang dapat menyakiti mereka lebih lanjut. Selanjutnya, kita dapat mendorong dia untuk memperoleh bantuan profesional.

“Kita tidak perlu kemudian melakukan judgement kepada dia. Kalau dia mau bercerita, dengarkan saja. Tidak perlu kemudian menghakimi ‘ini perilaku yang salah, dosa, dan sebagainya. Hal terpenting adalah menyarankan dan mendorong individu tersebut untuk segera mencari bantuan profesional, seperti psikolog” tegas Dian.

Pada individu yang melakukan tindakan NSSI, profesional akan melakukan treatment sesuai kondisi individu tersebut. Beberapa terapi, seperti terapi kognitif dan perilaku, biasanya akan diberikan yang bertujuan untuk meregulasi emosi pelaku ke arah perilaku yang lebih adaptif dan mengalihkan perasaan lega dari melakukan NSSI dengan perilaku lainnya.

Guna menghindari tindakan NSSI, Dian menyarankan agar kita senantiasa membudayakan hidup sehat baik fisik maupun mental. “Yang paling utama adalah kita harus belajar untuk meregulasi emosi dan memanajemen stres dengan sehat. Jika dirasa sudah memunculkan perilaku yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain, segera hubungi profesional,” pesan Dian.

 “NSSI ini memang pada awalnya tidak ada indikasi atau motivasi untuk bunuh diri, ya. Tapi, bukan berarti tidak ada risiko ke situ. Jadi, semakin tinggi intensitas perilaku, prevalensi untuk melakukan bunuh diri itu juga semakin meningkat,” pungkas Dian di akhir wawancara.

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Nuri Hermawan