Universitas Airlangga Official Website

Kenali Penyebab, Bahaya, dan Pengobatan Rahim Turun

(Dari kanan) moderator dr Salsabila Nabilah Rifdah menyapa Dr Eighty Mardiyan Kurniawati dr SpOG (K) (Foto: SS Youtube)

UNAIR NEWS – Rahim merupakan organ reproduksi wanita yang terletak di rongga panggul dengan kandung kemih dan rektum. Namun, tahukah kamu jika rahim bisa mengalami perubahan posisi sehingga tidak pada tempatnya?

Dr Eighty Mardiyan Kurniawati dr SpOG (K), dosen departemen obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) menyebut kondisi ini sebagai rahim turun atau turun peranakan yang dalam istilah medis dikenal prolaps uteri yaitu kondisi terjadinya rahim turun yang menonjol ke luar vagina.

“Itu yang dialami organ panggul, salah satunya rahim ketika dasar panggul yang seharusnya menahan panggul mengalami kelemahan atau kerusakan sehingga mereka mengalami perubahan posisi. Tidak di rongga panggul lagi, tapi bisa turun ke arah vagina,” kata dr Eighty dalam program Dokter Edukasi, Jumat (30/12/2022).

Penyebab

Kondisi rahim turun mayoritas diderita oleh wanita yang memasuki lanjut usia yang disebabkan menurunnya produksi estrogen seiring dengan kolagen yang mempengaruhi kekuatan dasar panggul. Lebih lanjut, terdapat pula faktor risiko terjadinya rahim turun antara lain:

  1. Kehamilan dan persalinan. Ketika wanita hamil, rahim dapat mengalami kelemahan. Hal ini diperparah saat persalinan dimana kepala bayi normal sebesar 9,5-10 cm keluar dari organ vagina yang berukuran 3,3 cm sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada vagina;
  2. Persalinan yang menggunakan alat atau pembukaan lama (lebih dari 65 menit);
  3. Peningkatan tekanan intra abdomen yang tinggi dan berlangsung lama seperti batuk kronis, susah buang air besar, dan menopause;
  4. Berat badan bayi yang terlalu besar;
  5. Obesitas; serta
  6. Faktor genetik yang tidak menutup kemungkinan wanita belum pernah hamil bisa mengalami kondisi tersebut.

Bahaya Rahim Turun

Gejala prolaps uteri ditandai dengan benjolan di vagina sebesar bola bekel. Kendati kondisi ini tidak mengancam nyawa, namun dapat mengganggu kualitas hidup seseorang karena menyebabkan terjadinya gangguan kandung kemih (sistokel), kesulitan buang air besar maupun flatus (kentut), bahkan gangguan fungsi seksual.

Menurut dosen subspesialis uroginekologi rekonstruksi FK UNAIR ini, ketika wanita mengalami rahim turun maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjut. Hal itu karena data di Indonesia sebesar 40-50 persen wanita juga berpotensi menderita prolaps organ panggul dengan derajat keparahan berbeda-beda.

“Rahim turun hanya sebagian kecil yang ditimbulkan akibat dari gangguan dasar panggul. Jadi ketika kita mendapatkan pasien dengan rahim turun memang pertanyaan kita tidak boleh hanya seputar benjolan itu saja, tapi kita harus lakukan evaluasi secara detail,” tuturnya.

Cara Mengatasi

Sejauh ini deteksi dini masih belum maksimal karena penderita umumnya baru merasakan gejala saat rahim turun paling tidak sudah memasuki grade 2 atau 3. Pencegahan rahim turun yang paling mudah adalah melakukan senam kegel yang berguna agar menguatkan otot dasar panggul.

Bagi penderita dapat memilih pemasangan ring pessarium pada vagina dengan pertimbangan kontrol rutin setiap tiga bulan sekali untuk dilakukan penggantian. Terakhir, dr Eighty menyarankan operasi prolaps uteri tanpa atau dengan pengangkatan rahim yang dapat dikonsultasikan bersama dokter obgyn.

Penulis: Sela Septi Dwi Arista

Editor: Nuri Hermawan