Universitas Airlangga Official Website

Kesiapsiagaan Bencana di Kalangan Perawat Puskesmas di Pedesaan Selama Masa Pandemi Covid-19

Ilustrasi by Grid Health

Bencana alam di seluruh dunia diperkirakan akan terjadi hampir setiap hari, di mana peristiwa terbesar di Asia-Wilayah Pasifik mencapai 40% dari total bencana di dunia dengan 80% korban berasal dari daerah tersebut. Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang secara geografis terletak di daerah rawan bencana. Jumlah kasus positif COVID-19 di Malang terus meningkat. Pembaruan total pada COVID-19 di Malang menunjukkan bahwa ada 3301 positif kasus dengan 7754 sembuh dan 832 meninggal karena COVID-19, tercatat hingga 04 Agustus 2021.

Berdasarkan data ini, mengikuti standar internasional Dewan Keperawatan (ICN), perawat diperlukan untuk melayani sebagai keperawatan bencana dalam tanggap darurat. Ini menempatkan perawat sebagai penyedia layanan kesehatan di garis depan, penyedia perawatan langsung berperan aktif dalam penanganan korban dalam tanggap bencana yang bertujuan untuk meringankan dampak korban jiwa yang mungkin terjadi. Ini tetap tantangan bagi perawat karena manajemen bencana korban pada saat tanggap darurat masih belum optimal dalam beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu alasan yang mendasarinya adalah perbaikan yang diperlukan dalam lembaga pendidikan keperawatan untuk menyediakan yang diperlukan pengetahuan dan keterampilan selama penanganan korban bencana.

Sebagian besar lulusan keperawatan tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menjadi sukarelawan pada saat bencana. Langkah dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat adalah memberikan pendidikan dini tentang kebencanaan kepada mahasiswa keperawatan. Itu penyediaan pendidikan dini bagi mahasiswa keperawatan diharapkan menambah pengetahuan dalam hal pengelolaan korban nyata selama tanggap darurat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur untuk semua perawat yang bekerja di pelayanan kesehatan. Pengambilan sampel kuota teknik yang digunakan untuk 60 perawat di UGD dan 60 perawat di non-ED masing-masing. Pemilihan sampel didasarkan pada kriteria inklusi sebagai berikut: (1) perawat yang memiliki masa kerja 1 tahun; (2) memiliki telepon pintar; (3) memiliki ijazah pendidikan minimal keperawatan; dan (4) tidak aktif cuti atau tugas belajar. Kriterianya adalah perawat yang telah bekerja minimal 1 tahun di kedua unit memiliki kompetensi dan pemahaman tentang informasi kesiapsiagaan bencana yang diperoleh dari pengalaman dan program pelatihan bencana. Karena di COVID-19 pandemi, kuesioner menggunakan aplikasi Google Form, yang mengharuskan responden memiliki smartphone.

Alat pendataan adalah Siaga Bencana Kuesioner (DPQ). Penelitian ini menggunakan kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu: data kependudukan dan kuesioner DPQ. Karena pandemi COVID-19 selama penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan menyediakan kuesioner berbasis online menggunakan formulir Google.

Responden dalam penelitian ini adalah perawat komunitas Pusat kesehatan. ada peningkatan pengetahuan setelah diberikan simulasi standar intervensi sebagai menentang sebelum intervensi. Kesiapsiagaan Puskesmas menerapkan pengetahuan dalam penanganan korban dalam simulasi tanggap darurat bencana bagi pasien COVID-19. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa nilai variabel pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi ulang meningkat pada kelompok perlakuan. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi TDE berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pengetahuan tentang COVID-19. Permainan di kelompok perlakuan dan permainan elektronik di kelompok kontrol. 85% partisipan dengan role-playing tablet game mengalami peningkatan pengetahuan yang lebih signifikan dibandingkan dengan responden dengan intervensi electronic-game yaitu 77%.

Retensi pengetahuan juga lebih baik pada kelompok responden dengan intervensi tabletop role playing game. Peningkatan ini disebabkan karena game dengan table top role playing game secara aktif melibatkan individu untuk berpartisipasi dalam simulasi bersama, sehingga mereka mendapatkan umpan balik dari sesama aktor dalam simulasi. Umpan balik ini nantinya akan memberikan gambaran yang lebih mudah dipahami oleh peserta. Sementara itu, permainan elektronik hanya melibatkan individu dalam hal belajar mandiri tanpa bermain peran bersama secara dua arah. Penelitian lain juga serupa dengan hasil di atas yaitu, setelah diberikan intervensi role play menggunakan tableop, kreativitas masing-masing responden meningkat secara signifikan pada kelompok perlakuan. Kreativitas dapat meningkat secara signifikan karena kemampuan kognitif responden juga meningkat. Hal ini dikarenakan dengan media tabletop exercise, responden dapat membayangkan kejadian sebenarnya yang terjadi sesuai dengan deskripsi skenario yang telah dibuat sebelumnya, sehingga peserta mudah memahami dan menerima materi dengan mudah.

Sebuah penelitian melibatkan 113 mahasiswa farmasi sebagai responden yang diberi intervensi latihan kesiapsiagaan selama 3 jam setiap minggu selama 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan responden tentang kesiapsiagaan bencana dan peran apotek pada fase tanggap darurat sebesar 73—75%. Selain itu, responden juga mengalami peningkatan tingkat kesadaran dan kemauan untuk berpartisipasi dalam tanggap darurat bencana sebesar 85%.

Penulis: Mukhamad Fathoni, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Elvira Sari Dewi, Ari Prasetya Djati, Sumi Lestari, Ah Yusuf, Christrijogo Sumartono Waluyo

Jurnal: The preparedness of disaster among nurses in community health centers in rural areas during the COVID-19 pandemic in Malang City