Universitas Airlangga Official Website

Ketua MES Jatim Sarankan 3 Strategi Bisnis ke Bank Syariah

Dr Imron Mawardi SE MSi (paling kanan) saat mengisi seminar Temilreg FoSSEI JATIM pada (11/3/2022) di Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Bank Syariah memegang peran yang sangat penting dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, dalam jangka pendek, perbankan syariah belum berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketua Masyarakat Syariah (MES) Jawa Timur (Jatim), Dr Imron Mawardi SE MSi, menjelaskan salah satu hal yang menjadi penyebab ialah masih kecilnya Size of Business perbankan syariah di Indonesia.

“Bank syariah kita itu jumlahnya 13 ditambah 21 UUS (Unit Usaha Syariah)  ditambah 165 BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah), total asetnya itu cuma 520 Triliun. BRI sendirian asetnya itu 1500 Triliun,” ujar Imron saat mengisi seminar Temu Ilmiah Regional (Temilreg) Forum Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Jatim pada Sabtu (11/3/2022) di Banyuwangi.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga itu juga menjelaskan, aset seluruh lembaga keuangan syariah jika dibandingkan dengan satu bank konvensional, yakni BRI masih kalah jauh, lebih-lebih jika dibandingkan dengan seluruh bank konvensional. Maka, sambungnya, tiga strategi bisnis agar bank syariah di Indonesia tetap dapat berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi meski belum memiliki aset besar

Bank Syariah Harus Berfokus pada UMKM

Pertama, Imron menjelaskan bahwa fokus pembiayaan bank syariah kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mungkin tidak mudah. Pasalnya, pada dasarnya UMKM dipandang hanya memiliki keuntungan sedikit dibandingkan dengan korporasi.  

UMKM, sambungnya, juga dipandang memiliki risiko yang besar karena manajemen pengelolaan yang belum tentu baik. Namun, perlu diingat bahwa selama ini UMKM telah menjadi fondasi yang mengokohkan perekonomian Indonesia. 

“UMKM telah berkontribusi sebanyak  61,1 persen Produk Domestik Bruto (PDB) serta menyerap 117 juta tenaga kerja, dimana jumlah tersebut ialah 97 persen dari daya serap tenaga kerja di dunia usaha,” jelasnya. 

Selain itu, Imron juga menyebutkan bahwa usaha yang paling besar marginnya ialah dari sektor UMKM.  Sehingga hal ini dapat menjadi peluang bagi perbankan syariah untuk konsisten dan berfokus pada pendanaan UMKM.

Maksimalkan Transaksi Digital

Menurut data Bank Indonesia (BI) nilai transaksi perbankan digital mengalami pertumbuhan pesat, yaitu 34,9% pada triwulan pertama 2022. Imron menjelaskan jika transaksi maupun pelayanan digital seperti halnya tarik dan setor tunai atau bahkan pembiayaan yang jumlahnya kecil ada baiknya dilakukan secara digital tanpa harus melalui kantor cabang. 

Hal itu, sambungnya, akan membuat kinerja perbankan lebih efisien dari segi biaya. Ia pun mendorong agar bank syariah terus berinovasi dalam mengembangkan produk digitalnya. “Ke depan perbankan syariah harus menambah layanan digitalnya agar menjadi lebih efisien,” ujarnya

Melakukan Integrasi

Imron menyebut perlu adanya integrasi antara bank syariah dengan lembaga lain, seperti integrasi antara Islamic Social Finance dengan Islamic Business finance. Ia mencontohkan bahwa terdapat suatu daerah dimana Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) tingkat kota  bekerja sama dengan pemerintah daerah. 

Pemerintah daerah menyurati para pengusaha untuk membuat Unit Pengumpulan Zakat (UPZ). Hasilnya sangat efektif, dari sebelumnya BAZNAS hanya mampu menghimpun dana infaq 70 juta. “Namun, setelah program ini terjalani BAZNAS mampu menghimpun hingga 5 Milyar rupiah,” jelasnya. 

Selanjutnya, sambung Imran dana infaq dikelola oleh BAZNAS untuk membiayai sektor mikro. Langkah ini dapat ditiru oleh bank syariah atau BPRS  secara institusi. Lembaga keuangan syariah ikut menghimpun dana infaq lalu disalurkan kepada pembiayaan sektor mikro selanjutnya margin dari pembiayaan bank syariah dibayar menggunakan dana infaq. 

“Dengan begitu, akan terdapat banyak sektor mikro yang dibiayai karena pembiayaan murah dari lembaga keuangan syariah. Karena itu, pembiayaan ekonomi akan sangat besar, ini lah konsep integrasi antara Islamic Social Finance dengan Islamic Business finance,” pungkas Imron.

Penulis: Haryansyah Setiawan

Editor: Nuri Hermawan