Universitas Airlangga Official Website

Ketua Satgas PPKPT Ulas Pencegahan Kekerasan Seksual dalam AMORA 2025

Pemaparan materi tentang pencegahan kekerasan seksual oleh Prof Myrtati Dyah Artaria Dra MA PhD, Guru Besar Antropologi sekaligus Ketua Satgas PPKPT UNAIR. (Foto: PKIP UNAIR)
Pemaparan materi tentang pencegahan kekerasan seksual oleh Prof Myrtati Dyah Artaria Dra MA PhD, Guru Besar Antropologi sekaligus Ketua Satgas PPKPT UNAIR. (Foto: PKIP UNAIR)

UNAIR NEWS – SDGs Universitas Airlangga (UNAIR) menggandeng Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT) dalam memberikan materi mengenai kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan seksual. Materi tersebut diberikan sebagai materi dari cluster pertama pada kegiatan AMORA. Acara itu bertempat di Ruang Bayu Kinara, Airlangga Convention Center (ACC) lantai 2, Kampus MERR-C UNAIR pada Rabu (14/5/2025).

Prof Myrtati Dyah Artaria Dra MA PhD, Guru Besar Antropologi sekaligus Ketua Satgas PPKPT UNAIR memaparkan bahwa terdapat beberapa kasus kekerasan seksual yang banyak terjadi di lingkungan kampus. Di antaranya pelecehan verbal, non-verbal, fisik, dan digital.

Lebih lanjut, Prof Myrtati memaparkan mengenai dampak kekerasan seksual yang banyak terjadi. Dalam lingkup pendidikan, lanjutnya, kekerasan seksual paling banyak terjadi di universitas. Kekerasan seksual memiliki dampak khususnya pada tiga sektor SDGs sekaligus, yakni SDGs nomor 4, 5, dan 16. 

Penyintas kekerasan seksual banyak yang menderita dan pendidikannya menjadi tergannggu. Hal itu disebabkan oleh rusaknya kesehatan mental para penyintas. Oleh karena itu, Prof Myrtati menegaskan bahwa dengan adanya Satgas PPKPT UNAIR, ia dan tim berusaha agar hal tersebut dapat berkurang bahkan tidak terjadi. 

“Selain itu, di lingkungan mahasiswa, beberapa penyebab hal ini tidak segera selesai biasanya karena banyak yang tidak melaporkan dan disudutkan oleh lingkungannya untuk tidak melapor, bahkan ada juga yang malah menormalisasi. Banyak juga yang menceritakan pada pihak yang salah, yang malah membuat kasusnya tersebar luas tanpa ada penyelesaian. Oleh karena itu, Satgas PPKPT hadir di tengah mahasiswa untuk membantu korban,” jelasnya. Prof Myrtati menjelaskan bahwa satgas PPKPT dapat memberikan dukungan ruang aman, hingga psikolog maupun psikiater.

Prof Myrtati menjelaskan, tantangan baru pada kasus kekerasan seksual saat ini adalah kekerasan berbasis online. “Ini adalah kekerasan baru yang di era Saya dulu belum ada. 2007 ketika saya pertama kali menangani kasus semacam ini, belum ada kasus kekerasan online seperti ini, seperti ada revenge porn dan lain sebagainya. Sehingga tolong adek-adek  disini, ketika mendapati yang seperti itu untuk tidak menyebarkan,” tuturnya dalam kegiatan Airlangga Movement for SDGs Awareness (AMORA) : Airlangga SDGs School X SDGs Ambassador 2025.

Selain itu, menurutnya, pelaku membidik korban ketika tidak bisa berpikir jernih. Apalagi serangan pelecehan digital bisa dilakukan hanya dengan sosial media, sehingga bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, Satgas PPKPT berupaya untuk memberikan edukasi sebagai tindakan preventif, dan untuk para korban, Satgas PPKPT berkomitmen untuk cepat tanggap.

“Prinsip kami adalah cepat merespon, sehingga saya wajibkan adek-adek satgas untuk  segera menjawab segala laporan. Tapi penanganannya harus berhati-hati karena harus mendengarkan korban dan memperhatikan apakah dia mengalami trauma atau tidak,” jelasnya.

Terakhir, Prof Myrtati menjelaskan mengenai kampanye milik Satgas PPKPT yakni Kampanye Teman Bicara. Kampanye ini bertujuan untuk memberikan dukungan baik dari segi psikologis, kesehatan, hingga ruang nafas yang lebih aman dan nyaman. Kampanye itu pada akhirnya membentuk sebuah komunitas untuk melindungi para penyintas. 

“Dengan adanya kampanye ini dan adanya teman sepenanggungan, membuat para penyintas lebih kuat,” tutupnya.

Penulis : Febriana Putri Nur Aziizah

Editor : Khefti Al Mawalia