UNAIR NEWS – Kegiatan Khataman Alquran dalam rangka perayaan Dies Natalis Universitas Airlangga ke-62 ditutup dengan beragam kegiatan yang juga bernuansakan religi. Kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Ulul ’Azmi, Kampus C UNAIR, Jumat (4/11) ini dibuka dengan tampilan seni banjari dari Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Religi (UKMSR).
Setelah penampilan seni banjari UKMSR, acara dilanjutkan dengan dzikir bersama, kemudian diisi tausiyah agama oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Haromain Malang, KH. Ihya’ Ulumiddin. Dalam ceramahnya, KH. Ihya’ menyampaikan pentingnya dzikir. Sebelum itu, peran anggota tubuh mulai mata, tangan, kaki, hingga hati juga dijelaskan untuk memperjelas bahwa semuanya sudah menjadi ketentuan Allah SWT.
“Kita punya hati ini gunanya untuk dzikir. Kalau hati selalu digunakan untuk ingat Allah, satu jaminannya adalah hatinya akan tenteram,” jelasnya.
Perihal hati, Ustadz Ihya’ mencontohkan bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang hatinya senantiasa tenteram kecuali para Nabi. Bahkan meski tidur, hati Nabi tetap ingat Allah. Dengan mengisahkan para nabi bersama ujian-ujian yang dialami selama hidup dalam dakwah, dikatakan semakin mempertegas pentingnya dzikir sebagai cara untuk membuat hidup penuh ketenteraman.
“Jika ada apa-apa mbok ya niru Nabi,” tegas KH. Ihya’ Ulumiddin.
Di penghujung ceramahnya, ia juga menjelaskan persolan dzikir jangan dianggap remeh, meskipun masih sebatas diucapkan dalam lisan. Pentingnya untuk terus mengulang-ulang dzikir, dengan itulah nanti akan terwujud sebuah kebiasaan yang bisa menyambungkan hati Allah.
“Kalau sudah sambung dengan Allah maka akan terwujudlah pencerahan dari Allah,” imbuhnya. “Amal yang langgeng dilakukan untuk Allah, meski sedikit, itu baik. Kerjakan semampunya untuk senantiasa mengingat Allah,” pungkas KH. Ihya Ulumiddin. (*)
Penulis: Nuri Hermawan
Editor: BE Santosa