Universitas Airlangga Official Website

Kiprah Alumni UNAIR, Jadi Peneliti dengan Segudang Prestasi

Seorang wanita mengenakan hijab berdiri di depan logo BRIN dengan latar belakang yang bersih dan profesional.
Prof Dr drh Ni Luh Putu Indi Dharmayanti MSi, alumnus Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) yang menjadi peneliti di BRIN (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Prof Dr drh Ni Luh Putu Indi Dharmayanti MSi, alumnus Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) tidak pernah berhenti untuk berkarya dan memberikan dampak positif. Atas dedikasinya dalam dunia penelitian, alumni UNAIR itu pernah diamanahi sebagai Ketua Lembaga Penelitian Kesehatan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Awal perjalanan karir perempuan kelahiran Banyuwangi itu dimulai sebagai peneliti pada Balai Besar Penelitian Veteriner, di bawah Kementerian Pertanian. Keahliannya sebagian besar ada pada bidang Virologi dan kemunculan zoonosis.

Ketertarikan Niluh terhadap penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia, sudah ada sejak masa kuliah. “Ketika saya masih menjadi mahasiswa UNAIR, ketertarikan terhadap penyakit menular dari hewan ke manusia sudah mulai tumbuh. Saya merasa tertantang untuk memahami lebih dalam bagaimana virus bisa berpindah dari hewan ke manusia lalu menyebabkan penyakit,” ujarnya.

Seusai mengenyam pendidikan di UNAIR, ia bergabung dengan Balai Besar Penelitian Veteriner dan melakukan penelitian tentang virus zoonosis. Hingga pada tahun 2016, ia akhirnya mendapatkan amanah jabatan sebagai Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner.

Mengenyam pendidikan di FKH UNAIR itu memberikannya alasan kuat untuk terus memperdalam ketertarikannya pada zoonosis. Terbukti, Pada tahun 1996 ia memenangkan Lomba Karya Ilmiah (LKIP) di FKH dan ia juga menyandang mahasiswa terbaik kedua di FKH UNAIR. Niluh mengaku, kesuksesannya selama studi tidak dapat lepas dari dukungan dan bantuan UNAIR yang telah membantu dalam risetnya.

“UNAIR memberikan dukungan yang luar biasa, baik dari segi fasilitas maupun bimbingan. Meskipun teknologi belum secanggih sekarang, saya selalu bisa menemukan literatur yang saya butuhkan melalui perpustakaan. Dukungan itu sangat berharga dalam perjalanan riset saya,” ungkapnya.

Deretan prestasi Prof Indi tak berhenti pada titik itu. Selama karirnya, dokter hewan itu berhasil menghasilkan sekitar 11 paten, 3 lisensi komersial, dan satu hak cipta. Salah satu inovasi terbesarnya adalah vaksin flu burung yang sudah terkomersilkan oleh perusahaan nasional di Indonesia. “Inovasi adalah hasil dari proses penelitian yang panjang dan penuh dedikasi. Butuh waktu dan motivasi yang kuat untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas,” jelasnya.

Perjalanan karir Prof Indi sebagai peneliti tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ia harus melalui rintangan dan halangan sepanjang karirnya. Salah satunya, kurangnya fasilitas penelitian canggih di Indonesia. “Saya melihat tantangan sebagai kesempatan untuk berkolaborasi dengan peneliti dari luar negeri. Itu membuka banyak peluang dan memperkaya penelitian kami,” katanya.

Kegigihannya dalam bangkit dari kesulitan mengantarkannya dinobatkan sebagai Best Researcher pada tahun 2014. Momen tersebut menjadi momen tak terlupakan bagi alumni UNAIR itu. Menurutnya, konsistensi adalah kunci sukses dalam penelitian, baik dalam riset yang dipilih, integritas, maupun kejujuran.

Peneliti itu menekankan pentingnya komitmen dan keyakinan bahwa hasil riset akan bermanfaat bagi masyarakat. “Bergabunglah dalam komunitas peneliti di Indonesia. Menjadi peneliti membuka peluang untuk terhubung dengan komunitas global dan mengharumkan nama Indonesia dalam dunia penelitian,” tuturnya.

Dengan semangat dan dedikasi, ia percaya bahwa peneliti Indonesia dapat terus berinovasi dan berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat. “Cinta itu buta mungkin benar, tapi cinta pada penelitian membawa kita pada penemuan yang bermanfaat bagi banyak orang,” tutupnya.

Penulis: Rosali Elvira

Editor: Yulia Rohmawati