Universitas Airlangga Official Website

Kisah Nauris, Awardee LPDP yang Meretas Jalan UMKM dengan Desain Grafis

Muhammad Nauris Firdaus Rofaudin, Penerima awardee LPDP dari FIB UNAIR (Foto: Istimewa)
Muhammad Nauris Firdaus Rofaudin, Penerima awardee LPDP dari FIB UNAIR (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Banyak anggapan LPDP sekadar bantuan finansial untuk pendidikan tinggi, namun bagi Nauris, awardee LPDP dari FIB UNAIR, beasiswa ini lebih dari itu. Ia beranggapan, LPDP sebagai wadah bagi mereka yang memiliki visi linier dan komitmen untuk berkontribusi bagi negeri.

“Menurutku bukan LPDP yang mengubah jalan pikiran kami sebagai awardee, tapi LPDP memilih orang-orang dengan pola pikir linier dan kontribusi nyata bagi dalam negeri,” jelasnya. 

Dari Pesantren, Desain Grafis, hingga LPDP

Nauris sudah lama menekuni dunia desain grafis, bahkan sejak masih di pesantren. Ia melihat potensinya bukan hanya sebagai keterampilan, tetapi sebagai media komunikasi yang bisa berdampak luas. Berangkat dari pengalamannya menjalankan UMKM madu dan produk herbal, Nauris mulai berpikir bagaimana desain dan media bisa menjadi jembatan bagi UMKM untuk berkembang lebih modern dan kompetitif.

“Saya melihat UMKM masih condong ke cara tradisional, belum memiliki strategi komunikasi visual yang kuat. Inilah mengapa saya mengambil Global Media Communication, agar bisa membantu meningkatkan kualitas UMKM melalui desain dan media,” ungkapnya.

Tantangan yang Jarang Dibicarakan

Perjalanan Nauris tidak selalu mulus, ia bukan tipikal mahasiswa yang unggul secara akademik sejak awal. Ia pernah merasa kurang percaya diri karena bukan siswa berprestasi di kelas. “Saya itu bukan tipikal orang yang pintar banget. Saya intermediate, harus banyak belajar. Tapi saya percaya selama kita yakin, kita pasti  bisa melampaui batas kita sendiri.”

Selain itu, tantangan terbesar lainnya adalah ekspektasi sosial dan imposter syndrome atau perasaan tidak cukup layak meskipun sudah bekerja keras. Namun, ia menemukan cara untuk menghadapinya dengan menghargai diri sendiri lebih dulu, tanpa menunggu apresiasi dari orang lain.

“Dan itu membuat saya sadar bahwa saya harus menghargai diri saya sendiri dulu. Akhirnya, itu yang memantik saya untuk terus maju.”

Ia percaya bahwa setiap individu bisa melampaui batasnya sendiri jika memiliki keyakinan kuat. “Ketika kamu percaya bisa mendapatkan angka 7, sebenarnya kamu bisa mencapai 9.”

Tanggung Jawab Intelektual

Nauris menegaskan menjadi seorang akademisi atau praktisi bisa memulai dari hal-hal kecil yang bermakna. Baginya, yang terpenting adalah proses, selama jalan yang ditempuh baik, dampaknya pasti akan terasa.

Baginya, persiapan mendapatkan LPDP bukan hanya soal akademik, tetapi juga soal memahami posisi diri dan bagaimana kita bisa berkontribusi bagi negeri. Misalnya dengan melakukan refleksi diri, mempelajari relevansi studi, memaknai urgensi kontribusi dan mengembangkan sisi nasionalisme agar bisa berdampak bagi Indonesia. 

Penulis: Sintya Alfafa

Editor: Ragil Kukuh Imanto