UNAIR NEWS – Menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lain merupakan impian besar bagi setiap individu. Impian tersebut lantas akan terasa lebih nikmat manakala diimplementasikan langsung dalam kehidupan nyata. Kurang lebih kata itu yang dapat menggambarkan niat Shochrul Rohmatul Ajija SE MEc. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) itu kini sukses mensejahterakan masyarakat sekitar lewat Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) yang telah didirikannya sepuluh tahun silam.
Lembaga koperasi syariah yang diberi nama BMT Muda itu, telah memiliki 868 anggota dengan aset kelolaan mencapai tiga milyar rupiah. BMT dipandang mampu mensejahterakan masyarakat lewat perannya dalam memberikan pinjaman modal yang mudah dan fleksibel bagi usaha mikro.
“Kalau di perbankan kita harus tunduk pada aturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang sangat ketat, dimana kita berhubungan sama usaha ultra mikro yang sangat fleksibel. Dan kita (BMT, red) pembiayaan enak, kayak deal-dealan harga. Jadi pembiayaan dengan si A harganya beda dengan si B jadi adanya tawar menawar,” terang Shochrul kepada awak media pada Senin (27/6 /2022).
Sambung Shochrul, sistem BMT sangat fleksibel. Usaha ultra mikro dapat meminjam modal walau hanya untuk kebutuhan satu hari. Selain itu, untuk pelunasan pinjaman sebelum jatuh tempo tidak akan dikenakan biaya pinalti atau biaya nisbah akhir.
“Itu kan enak banget, itu tidak terjadi di perbankan, kalau di perbankan Anda melunasi ditengah jalan malah kena pinalti, terus kalau di bank kita mau pembiayaan sehari doang kan nggak bisa,” ujarnya.
Sumber Inspirasi
Mulanya Shochrul meneliti hubungan BMT dalam mengurangi kemiskinan. Hal tersebut dilakukannya dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas akhir saat studi magister di International Islamic University Malaysia (IIUM) pada tahun 2011 lalu. Kala itu yang menjadi target penelitian ialah salah satu BMT yang berada di daerah Pasuruan, Jawa timur.
Dari sana ia mendapatkan banyak wawasan mengenai pengelolaan BMT serta bertemu berbagai tokoh yang memiliki semangat besar dalam mengembangkan BMT. Tak disangka, Semangat itu mampu ditularkan kepada diri shochrul hingga membuatnya tertarik untuk turut andil dalam mensejahterakan masyarakat lewat pendirian BMT.
“Ketika saya belajar BMT di Sidogiri, itu saya terjun ke lapangan terus bertemu dengan Ustad Dumairi Nor selaku pendiri BMT Sidogiri Maslahah. Saya mendapatkan transfer spirit yang membuat saya ingin juga mendirikan BMT untuk komunitas,” ujar Shochrul.
Awal Pendirian
Tidak menunggu lama, setelah menyelesaikan studi magisternya, Shochrul lantas bergegas mendirikan BMT sebagaimana yang ia niatkan sewaktu mengerjakan tesis. Berbekal dari pengalaman belajarnya di BMT Sidogiri, ia membuat proposal serta mengajak teman terdekatnya untuk sama-sama mencari anggota BMT. Saat awal pendirian, bergabung limapuluh anggota dari berbagai unsur masyarakat untuk menjalankan organisasi ini.
“Bulan Agustus 2011 saya mencoba membuat proposal bisnisnya untuk BMT tersebut, selanjutnya saya mengajak teman-teman. Terus 2012 januari, kami launching (namun) belum berbadan hukum, jadi masih pra operasional. kemudian mei 2012 baru keluar badan hukumnya,” ucap dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEB UNAIR itu.
Lika-Liku Perjuangan
Proyek kebaikan yang dirintis tidak semata-mata berjalan mulus. Banyak lika-liku perjuangan yang dilaluinya, mulai dari susahnya mencari pendanaan hingga kredit macet saat penyaluran. Sempat putus asa, namun tekad Shochrul untuk mengembangkan BMT jauh lebih besar dari rasa kecewa yang dirasa.
“Semuanya berjalan dengan learning by doing, karena kalau kita istilahnya belajar dulu, itu tidak akan jalan, karena dalam bisnis itu kita harus segera mengambil momen kalau kita telat ambil momen, orang lain akan mengambil,” pungkas Shochrul.
Penulis: Haryansyah Setiawan
Editor: Nuri Hermawan