Universitas Airlangga Official Website

Koksidiosis pada Domba Ekor Gemuk di Kabupaten Malang

Domba merupakan ternak pemakan rumput yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan, antara lain sebagai salah satu penghasil daging yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Produksi daging domba di Indonesia terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Infeksi parasit gastrointestinal, khususnya koksidiosis pada ruminansia kecil khususnya pada domba menjadi salah satu hambatan utama karena menyebabkan penurunan produktivitas.

Koksidiosis disebabkan oleh protozoa genus Eimeria. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan koksidiosis disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan biaya pengobatan penyakit. Domba yang menderita koksidiosis menyebabkan kekurusan atau penurunan berat badan karena terjadi gangguan penyerapan zat-zat makanan. Domba yang sakit juga mudah terinfeksi penyakit lain. Termasuk dapat menyebabkan kematian.

Penelitian ini prevalensi pada domba di kabupaten Malang menggunakan sampel berupa kotoran/feses domba ekor gemuk sebanyak 135 sampel yang berasal dari Kecamatan Dau (73 sampel) dan Kecamatan Lawang (62 sampel). Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Reproduksi dan Kesehatan Hewan Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Malang. Pemeriksaan menggunakan metode pengendapan dan penga[pungan.

            Data hasil pemeriksaan secara mikroskopik berdasarkan kemiripan bentuk dan ukuran ookista ditemukan 10 spesies Eimeria sp. yaitu E. ahsata, E. parva, E. pallida, E. bakuensis, E. ovinoidalis, E. crandallis, E. faurei, E. intricata, E. weybridgensis dan E. granulosa. Dari hasil pemeriksaan 135 sampel feses domba di Kabupaten Malang yang didapatkan dari Kecamatan Dau sebanyak 31 sampel positif Eimeria sp.( dari 75 sampel), sedangkan 20 sampel positif Eimeria sp. dari Kecamatan Lawang (dari 62 sampel).

Infeksi parasit merupakan salah satu penyebab gangguan kesehatan pada hewan ternak, parasit gastrointestinal seperti cacing dan protozoa sering dijumpai pada ternak domba. Infeksi parasit tersebut mempunyai potensi dan mampu menyebabkan penurunan produktifitas ternak. Penyakit dapat mengganggu pertumbuhan domba. Parasit protozoa menyebabkan kerusakan pada epitel usus sehingga menurunkan kemampuan usus dalam mencerna dan menyerap zat makanan serta menurunkan produksi enzim yang berperanan dalam proses pencernaan sehingga menurunkan produktivitas ternak.

 Metode diagnostik untuk identifikasi Eimeria sp. dengan metode konvensional terutama didasarkan pada karakteristik morfologi ookista dengan pemeriksaan mikroskopis Hasil pemeriksaan terhadap 135 sampel feses domba ekor gemuk yang dipelihara di Kabupaten Malang didapatkan prevalensi infeksi Eimeria sp. sebesar 37,7% (51/135). Prevalensi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Awaludin dkk. yaitu prevalensi Eimeria sp. sebanyak 8% pada domba di Kabupaten Jember. Hasil prevalensi Eimeria sp.

Dari penelitian ini lebih tinggi dibeberapa negara lain. Prevalensi koksidiosis berhubungan erat dengan beberapa faktor antara lain kepadatan populasi ternak, usia ternak, kondisi perkandangan, tipe lantai kandang, sistem pemberian air minum, dan sistem pemberian pakan. Faktor yang mempengaruhi perbedaan prevalensi diantaranya kondisi lingkungan, musim, manajemen dan sistem peternakan, serta jumlah sampel yang diperiksa.

Prevalensi koksidiosis di Kabupaten Malang disebabkan karena banyak faktor yang berperan dalam penyebaran koksidiosis, khususnya factor manajemen perkandangan. Selain faktor tersebut, sifat ketahanan ookista di lingkungan adalah faktor yang penting. Ookista dapat bertahan lama di lingkungan yang ekstrim sehingga tetap harus diwaspadai dan perlu diberikan perhatian lebih untuk mencegah penyebarannya.

Pada umumnya domba ekor gemuk yang diambil sampel fesesnya pada penelitian ini tidak menunjukkan gejala klinis/sakit meskipun jumlah kepadatan ookista termasuk dalam kategori tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa domba mengalami koksidiosis subklinis.. Eimeria sp. dapat hidup dan berlipat ganda pada domba tanpa ditandai keganasan.Pada saat keseimbangan kondisi antara parasit dan hewan ini terganggu, seperti keadaan stres, setelah disapih, adanya penyakit lain, perubahan makanan, dan perubahan iklim yang tajam, menyebabkan perkembangan protozoa ini lebih tinggi.

Koksidiosis subklinis umum terjadi pada ruminansia kecil. Koksidiosis berpotensi sebagai pembuka pintu terhadap agen-agen penyakit lainnya, seperti virus, bakteri, jamur atau parasit lainnya. Oleh karena itu, manajemen terutama strategi pengendalian koksidiosis pada industri peternakan harus diperhatikan, Pencegahan koksidiosis sangat penting dilakukan pada peternakan terutama pada ternak muda. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh peternak untuk mencegah penyakit koksidiosis diantaranya yaitu manajemen pemeliharaan, sanitasi kandang seperti membersihkan peralatan dan lantai kandang.

Pembersihan dan desinfeksi gudang secara teratur, memperhatikan kebersihan pakan dan air minum, pengaturan kepadatan kandang, pemisahan hewan yang sakit dengan hewan yang sehat sehingga mengurangi paparan ookista koksidia terutama pada hewan. Program pengendalian koksidiosis akan berhasil jika peternak menerapkan biosekuriti yang baik, vaksinasi, atau pemberian koksidiostat.

Secara praktis, sanitasi berperan dalam pencegahan yaitu mengurangi kemungkinan parasit dan berkurangnya wabah koksidiosis diikuti dengan perbaikan sistem manajemen. Pengobatan koksidiosis biasa dilakukan dengan pemberian obat antikoksidia sulfonamide termasuk sulfadimethoxine, sulfaquinoxaline, sulfamerazine dan sulfachloropyrazine. Biosekuriti merupakan harus dilakukan untuk mencegah parasit masuk ke peternakan.

Dari hasil penelitian perlu ditindaklanjuti kerja sama antara Dinas Peternakan dan pihak terkait untuk memberikan penyuluhan dan pendampingan pada peternak domba mengenai tata cara pemeliharaan domba yang baik sehingga dapat mencegah penyakit pada domba, salah satunya penyakit koksidiosis yang dapat mengganggu pertumbuhan dan menurunkan produktivitas domba.

Penulis: Dr. Mufasirin, drh., M.Si.,  Nurdianti, drh., M.Si., Prof. Muchammad Yunus, drh., M.Kes., Ph.D.

Referensi pendukung dapat diakses melalui:

https://e-journal.unair.ac.id/JMV/article/view/42490/26437