Perilaku menyimpang pada remaja masih menjadi masalah utama di masyarakat pada populasi remaja yang besar. Di seluruh dunia, jumlah remaja sekitar 1,2 miliar atau 18% dari populasi dunia. Di Indonesia, 25% berusia 10-24 tahun dan di Jawa Timur 15,64% dari total populasi adalah remaja. Artinya berpotensi mengalami peningkatan perilaku menyimpang pada remaja. Perilaku menyimpang ini meliputi kebingungan peran, seks bebas, kecanduan game, kriminalitas, gangguan mood, bullying dan penggunaan zat adiktif. Hal tersebut dapat terjadi karena rendahnya kepercayaan diri remaja terhadap kemandiriannya (low self-efficacy) dalam menyelesaikan tugas dan tantangan yang ada. Artinya individu remaja mengalami apatis dan pesimisme. Para remaja tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dalam fase yang sesuai. Dampak yang dihasilkan adalah kegagalan pada fase perkembangan selanjutnya. Berbagai upaya dilakukan untuk menstimulasi tahapan perkembangan remaja guna meningkatkan efikasi diri dan mencegah perilaku menyimpang. Sampai saat ini belum ditemukan adanya intervensi yang menggali karakter self-assessment aspek positif, dukungan dan kendala yang dimiliki individu baik internal maupun eksternal.
Terapi kelompok merupakan terapi yang dilakukan terhadap individu dalam suatu kelompok yang saling memberikan dukungan dari sesama anggota kelompok selama masa perkembangan. Masa pemulihan memperkuat pertahanan sementara dan menyatu dengan tunanetra dengan merangsang 10 aspek perkembangan pada remaja yaitu biologi, psikoseksual, kognitif, bahasa, moral, spiritual, psikososial, emosional, bakat dan kreativitas. Terapi kelompok memberikan hasil yang efektif dalam meningkatkan efikasi diri. Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terapi kelompok efektif dalam mencegah perilaku menyimpang sehingga perlu dikombinasikan dengan terapi lain yaitu terapi suportif. Hal ini dikarenakan terapi suportif menekankan pada respon koping negatif. Remaja dengan koping negatif akan mudah terpengaruh oleh perilaku menyimpang.
Penerapan terapi kelompok kombinasi suportif berupa dukungan dan pembelajaran edukatif pada remaja terdiri dari beberapa sesi pemberian informasi dengan pendekatan model promosi kesehatan. Kedua terapi kombinasi ini merangsang tahap perkembangan yang ditemukan pada remaja. Mereka juga menggali aspek positif remaja dan hambatan yang sering dialami remaja. Mereka kemudian memberikan solusi dan dukungan dari sesama anggota kelompoknya dan membentuk komitmen. Pemberian kombinasi terapi kelompok dan dukungan sebaya meningkatkan efikasi diri dan mengurangi perilaku menyimpang remaja. Penilaian terkait peningkatan self efficacy remaja dapat dilihat dari sub variabel besarnya (individu dapat melakukan tugas yang berbeda dengan membagi tingkat kesulitannya), generalality (penguasaan individu dalam bidang yang ditekuni) dan kekuatan (berusaha mencapai tujuannya). Peningkatan efikasi diri remaja disebabkan oleh kombinasi terapi kelompok suportif dan metode pembelajaran bersama, diskusi, permainan edukatif dan kelompok pendukung. Ini secara kolektif mempengaruhi keterampilan perilaku seseorang ketika mengambil tindakan untuk diri mereka sendiri. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa kombinasi terapi kelompok terapeutik dan suportif yang diberikan seminggu sekali selama 4 minggu mempengaruhi rasa percaya diri remaja saat menyampaikan ide dan menyelesaikan tantangan yang dapat membantu remaja memiliki kepercayaan diri terhadap potensi yang dimilikinya.
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh responden sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan RI. Ini termasuk kebingungan peran, depresi, seks bebas, kecanduan game, kriminalitas, gangguan mood, intimidasi, dan penggunaan zat adiktif. Perubahan responden dapat dilihat pada subvariabel dari perilaku menyimpang yang menimbulkan kerugian fisik atau psikis bagi orang lain. Selain korban materi, perilaku menyimpang secara sosial dan tantangan status. Penurunan perilaku menyimpang remaja disebabkan oleh partisipasi aktif mereka dalam kegiatan terapi kelompok yang dipadukan dengan terapi kelompok suportif yang meliputi biologis, psikoseksual, moral, spiritual, kognitif, bahasa, psikososial, emosional, emosional dan stimulasi bakat. Ini mengeksplorasi aspek dukungan internal dan hambatan yang berada di luar remaja. Membentuk lingkungan yang suportif dan positif dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengurangi perilaku menyimpang remaja. Bagi remaja yang menjalani kegiatan sekolah standar tidak mengalami perubahan pada self-efficacy dan perilaku menyimpang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kombinasi suportif terapi kelompok mempengaruhi efikasi diri dan perilaku menyimpang. Kedua terapi kombinasi ini merangsang tahapan perkembangan remaja dan mengeksplorasi aspek positif dari remaja berserat manusia yang aman baik secara internal maupun eksternal. Ini dapat meningkatkan efikasi diri mereka dan mengurangi perilaku menyimpang remaja.
Kombinasi terapi kelompok dan dukungan merupakan terapi edukasi yang efektif, mudah dan menyenangkan yang terbukti dapat meningkatkan efikasi diri dan mencegah perilaku menyimpang pada remaja. Berkontribusi pada peningkatan pendidikan kesehatan bagi remaja, remaja diharapkan dapat membaca pedoman dan belajar merangsang perkembangan pribadinya.
Penulis: Winda Kusumawardani, Nursalam Nursalam dan Hanik Endang Nihayati
Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/20531