Universitas Airlangga Official Website

Kompas Ajak Pemilih Muda Untuk Melek Hoax pada Pesta Demokrasi

UNAIR NEWS – Menjelang pesta demokrasi, masyarakat rentan untuk terpapar berita hoax. Pemberitaan invalid tersebut dapat memicu adanya kegaduhan dan fitnah pada masyarakat. Pernyataan tersebut dipaparkan oleh Gustav Rizal, Reporter Kompas.com pada Workshop Jurnalis Gagas RI di Airlangga Convention Center, Kampus MERR C pada Rabu (22/11/2023). 

Gustav Rizal menjelaskan, keberadaan berita hoax membawa dampak yang besar pada masyarakat. Salah satunya, pada pemberitaan hoax mengenai penculikan anak yang terjadi awal tahun 2023. Dampak yang ditimbulkan pada berita hoax tersebut yaitu masyarakat mengalami triggering dan menimbulkan ketakutan berlebih di masyarakat. 

Tidak hanya itu, beredar berita mengenai pelaku penculikan anak di media sosial dengan menunjukkan pelaku penculikan. Hal ini menimbulkan adanya kegaduhan dan aksi kekerasan pada orang yang diduga pelaku penculikan. Nyatanya, setelah ditelusuri lebih dalam orang tersebut bukan pelaku penculikan aslinya.

Gustav menambahkan, dengan hal tersebut kita dapat menilai bahwa dampak berita hoax tak dapat diremehkan. Triggering menyebabkan masyarakat mudah percaya pada berita hoax tanpa melakukan validasi mengenai pemberitaan yang beredar. 

“Dengan kejadian ini kita tidak dapat meremehkan suatu berita hoax. Terutama pada pemilih muda. Seorang pemilih muda harus memiliki kesadaran dan melek akan berita hoax yang kemungkinan terjadi menjelang pesta demokrasi,” tambah Gustav. 

Reporter Kompas.com itu menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan masyarakat mudah mempercayai berita hoax. Pertama, kurangnya literasi pada masyarakat. Umumnya, masyarakat enggan untuk melakukan verifikasi kembali berita yang telah didapatkan serta cenderung menerima secara mentah-mentah. 

Kedua, orang yang mengalami fear of missing out (FOMO) akan lebih mudah untuk menyebarkan berita hoax. Sebab, orang tersebut merasakan rasa tertinggal jika tidak mendapatkan berita terbaru atau terkini tanpa melihat berita tersebut valid atau tidak. 

Ketiga, yaitu adanya algoritma dan propaganda yang terjadi di media sosial. Terkadang media sosial menyuguhkan algoritma yang acak serta menjadi ladang untuk tersebarnya berita hoax. 

“Anak muda terutama mahasiswa memiliki peranan besar untuk menangkal adanya berita hoax di lingkungan sekitar. Bukan saatnya lagi pemilih muda untuk terjerumus dalam berita hoax yang tersebar di masyarakat,” tuturnya. 

Tak lupa, Gustav memberikan tips untuk para pemilih muda untuk tidak terpapar berita hoax. Salah satunya, dengan memanfaatkan fitur pada Google Lens untuk mencari kebenaran dari suatu gambar berita. AI Detector juga dapat membantu untuk memastikan berita berita yang tersebar bukan dari Artificial intelligence (AI)

Gustav memaparkan, di Kompas.com telah ada fitur Cek Fakta yang dapat digunakan untuk mencari validitas berita di beredar masyarakat. Cek Fakta ini merupakan fitur yang disediakan untuk masyarakat melakukan recheck informasi berita di sosial media. 

“Kompas sendiri telah memiliki fitur cek fakta yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk menerima berita yang valid. Harapannya, dapat mengurangi adanya dampak negatif dari berita hoax menjelang pesta demokrasi,” harapnya. 

Penulis: Satrio Dwi Naryo

Editor: Khefti Al Mawalia