Universitas Airlangga Official Website

Komunitas Peradilan Semu UNAIR Bangun Perpustakaan di Kampung 1001 Malam

Anak-Anak Kampung 1001 Malam di Kelas Tie Dye. (Foto: Dokumentasi Narasumber)

 UNAIR NEWS – Badan semi otonom Komunitas Peradilan Semu Fakultas Hukum Universitas Airlangga (KPS FH UNAIR) kembali menyelenggarakan program kerja berbasis pengabdian masyarakat yang dinamakan Sekolah Semu. Sekolah Semu merupakan sekolah alternatif yang digagas oleh KPS FH UNAIR guna menyebarkan pendidikan yang lebih luas dan merata. 

Tahun ini, Sekolah Semu kembali dilaksanakan di Kampung 1001 Malam di Dupak, Krembangan, Surabaya. Melalui wawancara dengan UNAIR NEWS pada Kamis (3/11/2022), Dhamar Jagad Gautama (2020), mahasiswa FH UNAIR yang menjadi Project Officer program kerja Sekolah Semu mengatakan alasan mereka memilih Kampung 1001 Malam kembali karena menjaga kontinuitas untuk program pengabdian jangka panjang. Tahun lalu, jelas Dhamar, Sekolah Semu juga dilaksanakan di lokasi yang sama. 

“Kondisi anak-anak di Kampung 1001 Malam dalam pendidikan masih belum bisa dikatakan cukup. Untuk usia SD ada beberapa anak yang putus sekolah. Rata-rata anak-anak perempuan paling tinggi hanya setingkat SMA dan untuk laki-laki hanya setingkat SMP,” tutur Dhamar. 

Kegiatan yang dilaksanakan pada 22 – 30 Oktober 2022 itu, ujar Dhamar, bertujuan untuk memberikan bekal dan pandangan anak-anak tentang pentingnya pendidikan serta memberikan semangat agar warga di sana dapat melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. 

Panitia dan Volunteer Sekolah Semu 2022 serta Anak-Anak Kampung 1001 Malam. (Foto: Dokumentasi Narasumber) 
Bangun Perpustakaan dan Adakan Kelas Hak Asasi Manusia

Selain mengajar, sambung Dhamar, para panitia dan volunteer Sekolah Semu juga telah membangun perpustakaan. Perpustakaan tersebut, lanjutnya, dibangun atas hasil donasi yang dibuka oleh panitia Sekolah Semu selama satu tahun dari 2021 – 2022. 

“Kami juga mengadakan beberapa kelas seperti kelas hak asasi manusia berupa pengajaran terkait bullying, kelas kerajinan malam, kelas membuat baju tie dye, kelas calistung, dan kelas pengetahuan umum. Yang paling menarik adalah kelas tie dye karena anak-anak dapat belajar caranya membuat baju tie dye yang berpotensi memiliki nilai ekonomis,” paparnya yang juga Koordinator organisasi Amnesty International Indonesia Chapter UNAIR 2022 – 2023 tersebut. 

Menurut Dhamar, pembelajaran tentang cara membuat baju tie dye penting sebagai bekal untuk membuat usaha ketika anak-anak itu dewasa nantinya. 

Cita-Cita Warga 

Dhamar mengaku belajar banyak hal dari pengalamannya sebagai Project Officer Sekolah Semu selama dua periode, yaitu pada 2021 dan 2022. Ketika program kerja Sekolah Semu selesai di tahun 2021, ucapnya, ia masih sering pergi ke Kampung 1001 Malam untuk mengajar dengan beberapa temannya. 

“Tak jarang juga saya pergi ke sana sendiri hingga saya mengenal dekat warga-warganya. Pernah suatu ketika saya mengobrol dengan seorang ibu-ibu di sana. Ibu itu bilang, ‘Sekalipun saya tidak bisa membaca, tidak sekolah, tapi anak saya harus bisa membaca dan bisa sekolah’. Obrolan itu sederhana tetapi sangat membekas di hati saya,” cerita Dhamar. 

Panitia dan Volunteer Sekolah Semu 2022 serta Warga Kampung 1001 Malam. (Foto: Dokumentasi Narasumber)
Harapan untuk Kampung 1001 Malam

 Dhamar menyampaikan kesan pesan dan harapannya selama mengabdi di Kampung 1001 Malam. Ia berharap agar Sekolah Semu dapat terus berlanjut dalam kerangka kontinuitas dan semangat yang sama. Ia juga berharap anak-anak Kampung 1001 Malam dapat tumbuh melalui pendidikan seperti apa yang dicita-citakan orang-orang tua mereka serta anak-anak mampu membuat perubahan untuk kehidupan yang lebih baik. 

“Banyak pengalaman hidup yang saya jumpai tentang anak-anak marjinal kota, hidup dalam kesederhanaan. Karena Sekolah Semu merupakan kerja pengabdian, maka kita sama-sama sadar bahwa kita tidak akan cepat kenyang dengan benefit yang instan, tetapi kita akan belajar tentang kehidupan,” pungkas Dhamar. (*) 

Penulis: Dewi Yugi Arti 

Editor: Feri Fenoria