Universitas Airlangga Official Website

Kucing Itu Disayang Bukan Ditembak

Kucing menjadi binatang kesayangan manusia sejak jaman dahulu kala sampai jaman modern ini. Semua lapisan masyarakat banyak yang menyukai kucing sebagai binatang piaraan sekaligus sebagai sahabat.

Ada suatu riwayat yang menceritakan nabi Muhammad SAW terbangun mendengar suara azan. Rasul mempersiapkan diri dan berpakaian, namun beliau menemukan kucing kesayangannya bernama Muezza tidur beralaskan jubah beliau. Agar tidak mengganggu Muezza, Rasul memotong sebagian jubahnya meninggalkan kucing ini tetap tidur pulas. Ketika Muhammad SAW pulang dari shalat beliau menerima penghormatan dari Muezza sebagai tanda terima kasih dan Rasul mengelus kucing kesayangannya ini tiga kali.

Ada sahabat rasul Muhammad SAW bernama Abdul Syam yang berasal dari qabilah Ad-Daud di Yaman. Setelah masuk Islam berganti nama menjadi Abdul Rahman. Sahabat nabi ini terkenal sebagai perawi ribuan hadis Nabi. Ketika beliau bertemu Nabi, Rasul Allah ini menanyakan apa yang ada di lengan bajunya. Abdul Rahman menunjukkan anak kucing yang ada di lengan bajunya karena itu dia digelar Abu Hurairah RA oleh nabi Muhammad SAW. Arti nama Abu Hurairah itu adalah ‘Bapaknya Anak Kucing’.

Kedua kisah itu menunjukkan bahwa kucing itu menjadi binatang kesayangan tokoh besar Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya. Ribuan tahun sebelum Nabi lahir, kucing sudah menjadi binatang kesayangan bangsa Mesir kuno. Banyak artefak ditemukan bertema kucing. Dari patung yang besar hingga perhiasaan yang telah bertahan ribuan tahun sejak Firaun memerintah Mesir. Orang-orang Mesir ini bahkan membuat mummi kucing dalam jumlah banyak hingga membuat pemakaman kucing. Bangsa Mesir kuno menganggap bahwa para dewa dan penguasa Mesir memiliki sifat yang sama dengan kucing yaitu indah, tenang, anggun, namun bisa bersikap tegas kalau diganggu.

Di negara-negara lain di dunia ini banyak kita temukan masyarakat yang suka dan bersahabat dengan kucing. Salah satunya negara Turkiye di kota Istanbul terkenal menampung ribuan bahkan ada yang melaporkan jutaan kucing liar. Mereka secara bebas berkeliaran di jalan, masuk café dan restoran, tinggal di sudut-sudut kota. Masyarakat Turkiye sangat menyayangi kucing dengan memberinya makanan.

Di Indonesia juga ditemukan banyak pecinta kucing. Mereka rutin memberikan makanan pada kucing-kucing liar. Ada yang bahkan menampung ratusan kucing liar di rumahnya. Kantor Perdana Menteri Inggris di Downing Street no 10 dikenal sebagai kantor pemerintahan Inggris yang memelihara kucing sebagai binatang piaraan (Kalau di Amerika Serikat binatang piaraan para presidennya adalah anjing). Beberapa Perdana Menteri Inggris memelihara kucing (dan anjing). Downing 10 juga dikenal sebagai rumah bagi banyak kucing.

Baru-baru ini ada berita mengejutkan sampai menjadi berita penting di negara-negara maju mengalahkan berita perang yang sedang berlangsung antara Rusia Vs Ukrainia. Berita yang dimaksud adalah pernyataan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia yang mendefinisikan kucing rumahan (felis catus) sebagai ‘alien’ (asing) karena dijinakkan di Timur Tengah dan telah menganggap kucing sebagai ‘invasif’ karena pengaruh negatif kucing domestik terhadap keanekaragaman hayati asli. Sudah tentu pernyataan itu mendapat banyak kecaman dan protes dari para pecinta kucing di dunia.

Kita di Indonesia juga dikejutkan dengan berita seorang Brigjen TNI berinisial NA  yang tega membunuh sejumlah kucing liar di lingkungan Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI) di Jalan RAA Martanegara, Bandung. Ia membunuh kucing-kucing itu menggunakan senapan angin miliknya sendiri. Kucing-kucing yang mati itu ada juga yang hamil. Penembakan kucing liar itu dilakukan Brigjen TNI NA pada Selasa (16/8/2022). Brigjen TNI NA mengaku tidak mau kucing liar mengganggu kebersihan dan kenyamanan tempat tinggal atau tempat makan Perwira Siswa Sesko TNI.

Saksi-saksi mengatakan bahwa Pak Brigjen ini tidak hanya menembak kucing di depan rumahnya tapi juga berkeliling di lingkungan Sesko untuk menemukan kucing-kucing liar dan menembaknya. Berita ini heboh di media sosial sampai telinga Panglima TNI Andhika Pratama yang langsung memerintahkan jajarannya untuk melakukan penyelidikan terhadap Brigjen NA.

Para pecinta kucing di Nusantara memprotes tindakan brutal sang Brigjen dan mengatakan bahwa kalau tidak suka kucing, harusnya kucing-kucing itu diusir dengan menggunakan sapu lidi, dilempar atau disemprot air. Bukannya ditembak. (*)