UNAIR NEWS – Direktorat Pengembangan Karir, Inkubasi Kewirausahaan, dan Alumni (DPKKA), Universitas Airlangga berkolaborasi dengan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG) menggelar kuliah tamu bertajuk “Pangan Indonesia: Tantangan dan Peluang” pada Jumat (8/12/2023). Kegiatan itu berlangsung di Aula Garuda Mukti, Lantai 5, Gedung Rektorat, Kampus MERR-C.
Acara itu memperbincangkan terkait tantangan dan peluang pangan Indonesia. Pada sesi kuliah tamu itu menghadirkan Direktur Utama Perum Bulog sebagai pembicara. Dalam pemaparannya, Bayu Krisnamurthi menerangkan terkait manajemen ketahanan pangan.
“Keberlanjutan ketahanan pangan sebenarnya tergantung pada masyarakat itu sendiri. Seperti misalnya, seorang pejabat mengharapkan anaknya meneruskan profesinya, berbeda halnya dengan petani yang tidak mengharapkan anaknya menjadi petani. Hal ini menjadi persoalan ketahanan pangan Indonesia, karena bahan pangan kita bergantung oleh petani,” ucapnya.
Ketahanan Pangan Global
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa ketahanan pangan mencakup ketersediaan, keterjangkauan, dan ketercukupan. Tanpa adanya ketiga aspek tersebut, maka ketahanan pangan tidak dapat mencapai indikator keberhasilan.
“Saat ini, kondisi pangan di dunia sedang tidak baik-baik saja. Data dari WHO menunjukkan 1/3 populasi manusia tidak memiliki akses pangan yang memadai dan mengalami prevalensi kerawanan pangan sedang hingga berat. Tahun 2020, sekitar 193 juta orang belum tentu bisa makan di hari esok,” ujarnya.
Prof Bayu mengatakan sebagian besar negara dengan jumlah penduduk yang relatif banyak, pengelolaan pangan dilakukan dengan membentuk otoritas pangan. Selain itu, negara-negara tersebut menyerahkan pengelolaan pangan ke BUMN logistik pangan.
“Salah satu contoh negara dengan pengelolaan pangan yang baik adalah Tiongkok. Negara ini menunjuk satu BUMN untuk mengelola komoditas biji-bijian, terutama cadangan beras nasional, melalui kegiatan pengadaan, penggilingan, penyimpanan, serta penyaluran ke pedagang,” tambahnya.
Tantangan Sistem Pangan
Selanjutnya, ia menerangkan Indonesia bukan lagi menjadi negara agraris karena tidak terdapat indikator yang menunjukkan hal tersebut. Pada kenyataannya, Indonesia tidak banyak melakukan ekspor dari segi pertanian. Hal tersebut menjadi tantangan besar sistem pangan di Indonesia.
“Indonesia tidak punya indikator yang menunjukkan sebagai negara agraris. Indikator itu misalnya sebagian besar dari segi ekspor kita berasal dari pertanian atau banyak orang berbondong-bondong ingin menjadi petani. Hal itu baru dapat menunjukkan negara tersebut agraris,” jelasnya.
Tantangan sistem pangan saat ini menurut Prof Bayu menjadi tugas penting Perum BULOG. Dalam hal ini, visi dan misi tersebut adalah menjadi perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan.
“Peran Perum Bulog dalam mendukung ketahanan pangan Indonesia tidak dapat terlepas dari dukungan masyarakat dan pemerintah. Tak hanya itu, perusahaan kita akan menjamin ketiga aspek penting ketahanan pangan yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan pokok,” pungkasnya.
Penulis: Christopher Hendrawan
Editor: Nuri Hermawan