Universitas Airlangga Official Website

Kuliah Tamu FIB Paparkan Dampak Runtuhnya Malaka

Kuliah tamu Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) bersama Dr Salina Zainol dengan tema “Maritime Trade in Southeast Asia 1500-1800”. (Foto: Jihan Aura)

UNAIR NEWS – Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan kuliah tamu untuk mahasiswa di Indonesia yang diadakan secara online melalui zoom meeting pada, Kamis (24/11/2022). Pada kuliah tamu tersebut mengangkat tema mengenai “Maritime Trade in Southeast Asia 1500-1800” dan mengundang seorang pembicara, seorang dosen dari University of Malaya, Dr Salina Zainol.

Salina menjelaskan bahwa pada tahun 1500-1800 terjadi peristiwa keruntuhan keruntuhan Malaka pada 1511. Terdapat dampak dari runtuhnya Malaka terhadap perdagangan di Asia Tenggara.

“Runtuhnya Malaka memberikan dampak negatif dan positif kepada perdagangan di Asia Tenggara, salah satu contohnya adalah pelabuhan-pelabuhan yang merupakan feeder ports kepada Malaka sebelum ini mulai tumbuh secara mandiri,” jelasnya.

Menurutnya, pelabuhan-pelabuhan yang sebelumnya berpusat di Malaka, mulai tumbuh secara mandiri, contohnya adalah Aceh. Aceh menjadi pelabuhan penting untuk perdagangan kain dari India.

Selain Aceh, ada juga pelabuhan lain yang berkembang di antaranya Johor-Riau sebagai perdagangan tekstil dan candu/apium dari India, perdagangan tembikar dari China, perdagangan rempah dari Maluku, Patani untuk perdagangan dengan China dan Jepang, kemudian pelabuhan Ujung Pandang di Sulawesi, Pelabuhan di Sumatera Barat dan Sumatera Timur, pelabuhan di Jawa-Demak, Tuban, Jepara, Gresik hingga kepulauan Banda dan sebagainya,” ujar Salina.

Sementara itu, untuk dampak negatif akibat keruntuhan Malaka menurutnya tidak ada pelabuhan yang dapat menggantikan Malaka sebagai sebagai pusat dimana segmen-segmen penting perdagangan Intra dan Inter Asia serta Internasional bertemu. Selain itu kebijakan Portugis di Malaka menjadi faktor pada pertumbuhan perdagangan di pelabuhan-pelabuhan lainnya, karena dasar Portugis keras terhadap pedagang Islam serta memberi cukai yang lebih tinggi.

“Karena kebijakan Portugis inilah yang membuat Islam dari Arab dan India (Gujarat) mengunjungi Aceh, Riau Patani dan Pelabuhan lain,” kata Salina.

Salina juga menerangkan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan perdagangan di Asia Tenggara. Di antaranya adalah kepentingan barang Asia di Eropa terutama rempah, dasar politik kerajaan Jepang di bawah Tokugawa (1603-1868) yang masih mengizinkan kapal-kapal Jepang memasarkan logam perak ke Asia Tenggara, perkembangan perdagangan China di Asia Tenggara, perkembangan perkapalan Eropa dan perkembangan perkapalan di Asia Tenggara.

Penulis: Jihan Aura

Editor: Khefti Al Mawalia