Universitas Airlangga Official Website

Kuliah Tamu FK UNAIR Bahas Feses Jadi Obat Sakit Pencernaan

Prof. Ratha-korn Vilaichone ketika menyampaikan materi

UNAIR NEWS – Perkembangan ilmu pengetahuan akan berjalan seiring banyaknya riset-riset. Guna mendukung hal itu, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan kuliah tamu pada Kamis (1/9/2022).

Kegiatan tersebut terselenggara secara luring dengan bertempat di Ruang Sidang 1 Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Soetomo. Pihak penyelenggara dari FK UNAIR mengusung tajuk Advance Update in Helicobacter pylori and Gut Microbiome. Peserta yang hadir terdiri atas 88 dokter di lingkup FK UNAIR.

Hadir dalam kegiatan tersebut adalah dua professor luar negeri. Yakni Prof Ratha-korn Vilaichone MD PhD FACG AGAF dan Prof Yoshio Yamaoka MD PhD. Keduanya berasal dari Thailand dan Jepang.

Paparan Prof Ratha-Korn

Prof Ratha-korn merupakan ahli di bidang Gastroenterology dari Department of Medicine, Thammasat University Hospital, Pathumthani, Thailand. Dirinya telah banyak melakukan riset mengenai Fecal Microbiota Transplantation (FMT).

“FMT menjadi topik terkini di dunia penelitian. Teknik tersebut merupakan terapi bagi pasien-pasien dengan gangguan saluran cerna. Termasuk salah satu penyebabnya adalah infeksi helicobacter pylori,” tutur Prof Ratha-korn.

Ia menambahkan, helicobacter pylori merupakan bakteri penyebab kanker lambung (gastric cancer) yang paling berbahaya di dunia. FMT dapat membantu mengurangi infeksi akibat bakteri tersebut. Selain itu, FMT menjadi terapi bagi berbagai macam penyakit saluran cerna lain seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) dan Inflammatory Bowel Disease (IBD).

“Banyak sekali transplantasi mikrobiota yang bisa diberikan kepada pasien. Langkah awalnya adalah mengambil feses dari orang normal dan mengolahnya sedemikian rupa. Tujuannya adalah mengekstraksi materi-materi mikrobiota dan memasukkannya dalam bentuk kapsul untuk menjadi obat,” paparnya.

Kiri ke kanan, Prof Ratha-korn Vilaichone MD PhD FACG AGAF; Prof Yoshio Yamaoka MD PhD, Prof. Dr. Muhammad Miftahussurur, dr., Sp.PD-KGEH, Ph.D FINASIM, dan Prof Dr Siprianus Ugroseno Yudho Bintoro dr SpPD-KHOM FINASIM selaku ketua departemen penyakit dalam. (Foto: Dok pribadi)
Paparan Prof Yoshio Yamaoka

Prof Yoshio Yamaoka berasal dari Departement of Enviromental and Preventive Medicine Faculty of Medicine Oita University, Yufu, Japan. Prof Yoshio, telah meneliti helicobacter pylori yang ada di Asia selama 30 tahun dan disebut sebagai “bapak” helicobacter pylori di Asia. Selama kurun waktu tersebut, Prof Yoshio menghasilkan banyak temuan baru.

“Masyarakat Indonesia, khususnya Jawa terbilang memiliki tingkat infeksi helicobacter pylori yang rendah. Ini sebagai suatu hal yang menarik dimana infeksi bakteri tersebut masih tinggi di beberapa negara tetangga. Itulah sebabnya juga angka kanker lambung di Indonesia masih relatif rendah,” ungkapnya.

Kendati meninjau dari data tersebut, Prof Yoshio tetap mengingatkan untuk tidak bersikap lengah. Karena beberapa etnis di Indonesia memiliki resiko kanker lambung tang terbilang tinggi.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Feri Fenoria