Universitas Airlangga Official Website

Kuliah Umum Melihat Tantangan dan Masa Depan Uni Eropa

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei, H. E. Vincent Piket saat memberikan materi. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – UNAIR sukses menyelenggarakan kuliah umum pada Jumat (19/5/2023) di Aula Majapahit ASEEC Tower UNAIR. Kuliah umum yang bertajuk “Future Challenges of the EU” menghadirkan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei, H. E. Vincent Piket. 

Bersatu dalam Perbedaan

Dinamika Uni Eropa selalu menjadi bahasan yang menarik untuk dibahas. Sebuah area yang mencakup kurang lebih 4 juta km2 dengan populasi sekitar 447 juta jiwa tidak lepas dari tantangan geopolitik. Oleh karena itu, kuliah tamu ini bertujuan sebagai ruang diskusi terbuka antara perwakilan Uni Eropa dengan mahasiswa dan dosen UNAIR.

“Uni Eropa memiliki moto ‘united in diversity’ atau bersatu dalam perbedaan. Selain itu, Uni Eropa merupakan sebuah organisasi yang hadir sebagai single wide market di kawasan Eropa sehingga mobilisasi orang, barang, jasa, hingga modal dapat mengalir di antara anggotanya,” terang Vincent.

Uni Eropa pernah mendapatkan hadiah nobel perdamaian pada tahun 2012 karena kontribusinya dalam perdamaian dan rekonsiliasi. Namun, kawasan yang menyumbang satu per enam ekonomi global ini tidak terlepas dari berbagai tantangan yang memengaruhi dinamika Uni Eropa kedepannya. 

Tantangan dan Masa Depan

Secara ringkas, Uni Eropa menghadapi enam tantangan yang terdiri dari: (1) pemulihan ekonomi, (2) migrasi dan suaka, (3) perubahan iklim dan transisi hijau, (4) transformasi digital, (5) perubahan demografi dan populasi tua, dan (6) reformasi institusi dan pengambilan kebijakan.

“Perang antara Rusia dan Ukraina memberikan dampak ekonomi yang luar biasa besar. Salah satunya ketika Rusia menghentikan suplai energi ke negara-negara Eropa sehingga timbul krisis energi di Eropa,” tutur Vincent. 

Kawasan Uni Eropa yang makmur menjadi daerah tujuan utama imigran dari wilayah sekitar Eropa. Hal itu menimbulkan masalah karena negara-negara Uni Eropa harus menyediakan sumber daya untuk mereka. Migrasi yang terus-menerus ini tentu memberikan dampak yang signifikan bagi Uni Eropa.

“Selain masalah ekonomi dan migrasi, kami (Uni Eropa, red) juga menghadapi masalah krisis iklim. Penyebab krisis iklim berasal dari karbon pembuangan industri dan kendaraan bermotor. Oleh karena itu, kami juga berkomitmen untuk menciptakan zero net emission di tahun 2050 mendatang,” papar Vincent.

Uni Eropa juga menghadapi tantang transformasi digital, permasalahan populasi tua, dan reformasi institusi. Ketiga hal tersebut diatasi dengan membuat kebijakan yang pro teknologi dan berinvestasi di pasar jasa digital.

Vincent juga memaparkan tantangan Uni Eropa ke depan, yaitu masalah zona schengen. “Secara singkat, zona schengen adalah zona di mana para turis tidak perlu membuat visa baru ketika melintasi perbatasan negara-negara di zona schengen. Misal kalian punya visa kunjungan ke Prancis, kalian juga bisa pakai visa itu untuk berkunjung ke Spanyol,” terang Vincent. 

Tantangan zona schengen ini meliputi kontrol migrasi dan bagaimana mencegah aktivitas ilegal yang melibatkan perbatasan negara, seperti perdagangan manusia dan barang ilegal. “Oleh karena itu, kami akan terus memperbarui kebijakan keamanan dan mengadopsi sistem baru untuk mengawasi arus migrasi,” pungkas Vincent.

Sesi kuliah kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara dosen dan mahasiswa dengan duta besar Uni Eropa. Diskusi berjalan kondusif di mana para peserta antusias menanyakan kebijakan Uni Eropa di masa mendatang, seperti kebijakan terkait teknologi dan transisi energi.

Penulis: Adil Salvino Muslim

Editor: Nuri Hermawan

Baca Juga: Psikolog UNAIR Jadi Sosok di Balik Mental Pemain Timnas Indonesia