UNAIR NEWS – Setiap pasangan suami istri tentu pernah mengalami suka duka selama menjalani kehidupan perkawinan, tak terkecuali bagi pasangan lanjut usia (lansia). Perubahan faal tubuh dan emosional seringkali menjadi tantangan lansia dalam mempertahankan keharmonisan keluarga.
Prof Marlina S Mahajudin dr SpKJ (K) PGD Pall Med (ECU), alumni pengajar program studi psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) dan pendiri Lansia Sejahtera Surabaya (LSS) mengartikan perkawinan sebagai proses belajar seumur hidup. Menurutnya, ada dua kunci utama menjaga hubungan perkawinan agar tetap mesra meski telah memasuki usia senja.
Komunikasi Pasangan
Komunikasi pasangan sangat menentukan kebahagiaan lansia dalam membangun persepsi dan positive thinking. Cara merawat komunikasi bisa melalui family table talk dengan berbagi permasalahan yang dialami dan mencari solusi bersama.
“Perkawinan itu landasannya adalah komunikasi. Komunikasi di sini bukan asal bicara tapi ada tujuan supaya yang dengar itu berubah sistem pemikirannya,” kata Prof Marlina dalam webinar nasional bertajuk “Mewujudkan Ketahanan dan Kebahagiaan Keluarga Sampai Usia Lanjut” oleh LSS, Rabu (21/12/2022).
Ia juga mengungkap bahwa pernyataan lansia tidak membutuhkan seks merupakan suatu mitos. Sebab pemenuhan kebutuhan seksual wujudnya sangat beragam sehingga pasangan lansia diharap dapat mendiskusikan hal tersebut.
“Banyak adaptasi si eros ini beralih ke philia menganggap pasangan sebagai teman sejati. Nanti berubah lagi karena spiritual kita tambah bagus menjadi agape ‘cinta murni’, kita bersedekah menunjukkan cinta tidak hanya pada keluarga saja tapi kemana-mana,” sambungnya.
Menjaga Intimasi
Bagi Prof Marlina, intimasi menjadi perekat hubungan pasutri dengan bentuknya berupa intimasi emosi, intimasi seksual, intimasi sosial, intimasi intelektual, intimasi rekreasi, intimasi spiritual, serta intimasi estetika. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka bisa berujung pada emotional divorce.
Intimasi yang tidak dirawat menimbulkan erosi cinta dan pasutri akan terjerumus pada love-hate relationship. Untuk itu, harus ada permintaan maaf baik secara verbal maupun nonverbal karena sejatinya cinta adalah hubungan saling menghargai dan saling mengisi meski terdapat perbedaan asuhan dan sosio budaya.
“Pernikahan usia senja apa dapat diperbaiki? Bisa dan harus semua tergantung niat pasutri, timbulkan kembali chemistry dengan berbagi kebahagiaan bersama melalui hobi. Mencari kebersamaan itu tidak pernah terlambat demi keintiman,” tandasnya.
Penulis: Sela Septi Dwi Arista
Editor: Nuri Hermawan