Program Magister Kajian Sastra dan Budaya (KSB) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengadakan kuliah tamu mengusung tema dasar “Pengantar Budaya Korea: Mengenal Republik Korea” pada Rabu (7/9/2022). Kuliah tamu ini memberikan informasi seputar kebudayaan di negara Korea kepada seluruh partisipan dengan mengundang DR Evelyn Yang, dosen Hankuk University of Foreign Studies (HUFS).
Sekitar hampir 200 partisipan dari mahasiswa Program Magister menghadiri kuliah tamu ini secara daring dan menyimak dengan baik materi perkuliahan dari Evelyn mengenai kebudayaan di negara Korea. Mulai dari rumah adat, baju adat, kebiasaan masyarakat Korea, kondisi iklim, bahkan sejarah negara Korea di Korea dibahas dengan detail dalam perkuliahan tamu ini.
Dalam salah satu pemaparannya, Evelyn memaparkan bahwa orang Korea relatif cepat dan menggunakan waktu dengan semaksimal mungkin untuk beradaptasi. Salah satu contoh adaptasi yang mereka lakukan adalah menyimpan stok makanan yang cukup untuk mempersiapkan musim dingin.
“Korea memiliki musim dingin, yang dimana musim dingin jaman dahulu jika kita tidak rajin menyimpan bahan makanan bisa mati kelaparan karena akan kesulitan mendapatkan bahan pangan apapun. Sehingga di Korea terdapat musim-musim tertentu yang mana mereka harus menanam, menuai, dan menyimpan produk makanan” ujar dosen asal Korea tersebut.
Tak hanya mampu beradaptasi dalam hal supply pangan saja, berkat prinsip kerja cepat yang dianut oleh orang Korea ini juga mampu mengantarkan Korea menjadi negara pertama yang berhasil bangkit dari krisis moneter dan dalam kasus terakhir Korea juga sigap dalam menghadapi Covid-19 sehingga penurunan angka kematian akibat Covid-19 cepat mereda di Negeri Ginseng ini.
Berikutnya Evelyn juga menjelaskan sejarah tentang republik Korea. dalam pemaparannya ia menyampaikan “sebenarnya kemerdekaan negara Korea hampir mirip dengan negara Indonesia yaitu pada 15 Agustus 1945, tapi pada saat itu sebetulnya Korea tidak sepenuhnya merdeka dan pada tahun 1950 banyak sekali pengungsi dari Korea utara melewati reruntuhan jembatan sungai Daedonggang yang sangat berbahaya”
Ia juga memaparkan bahwa pada saat itu Korea merupakan salah satu negara termiskin di dunia yang mendapatkan bantuan dari Development Assistance Committee (DAC), namun dengan usaha mereka sendiri mereka mampu mencapai kemajuan dalam ekonomi sehingga pada 1999 Organization of Economic Co-operation and Development (OECD) menyatakan bahwa negara ini beralih dari penerima bantuan menjadi pemberi bantuan. “Kejadian yang terjadi ini juga disebut dengan keajaiban Sungai Han” tambah Evelyn.
Evelyn memaparkan secara garis besar kilas balik negara Korea bangkit dalam sektor ekonomi. Berdasarkan pemaparannya, pada 1960 an para wanita bekerja di pabrik pembuatan rambut palsu dengan upah rendah dan pada saat itu industri masih sangat lemah, pada tahun yang sama banyak orang-orang yang dikirim ke jerman sebagai perawat. Untuk memajukan Korea, presiden Korea menciptakan Pusat Gerakan Saemaeul (Gerakan Desa Baru) dan kemudian membuat pabrik baja pertama di Korea yang bernama POSCO, sehingga pada tahun 1970-an Korea mampu menciptakan industri elektronik yaitu pembuatan televisi.
Pada tahun yang sama Korea mulai dikenal oleh negara lain melalui olimpiade internasional. Terakhir pada 1990-an Korea mampu mengembangkan teknologi komputer dan mampu bangkit memulihkan ekonomi. Salah satu sektor industri asal Korea yang populer di kalangan remaja hingga saat ini adalah industri hiburan seperti korean drama dan K-pop.
Pada akhir perkuliahan tamu ini, Evelyn berharap dapat memberikan inspirasi untuk seluruh mahasiswa KSB UNAIR yang ingin mengangkat seputar kebudayaan Republik Korea sebagai topik penelitian baik dalam penelitian ilmiah maupun penelitian tugas akhir. “semoga bisa memberikan inspirasi kepada adik-adik untuk mencari tahu bidang mana yang ingin diteliti” pungkasnya.
Penulis: Aidatul Fitriyah