Universitas Airlangga Official Website

Langkah-Langkah Mengajarkan Puasa pada Anak saat Ramadan

Dr Tinuk Agung Meilany Sp A (K) sebagai narasumber dan Syihab Armawa Putra sebagai host dalam Talkshow Dokter UNAIR TV edisi mengajarkan puasa pada anak
Dr Tinuk Agung Meilany Sp A (K) sebagai narasumber dan Syihab Armawa Putra sebagai host dalam Talkshow Dokter UNAIR TV edisi mengajarkan puasa pada anak

UNAIR NEWS – Puasa di bulan Ramadan memang sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam. Oleh karena sifatnya yang wajib, biasanya puasa diajarkan sejak dini pada anak-anak. Di sisi lain, mengajarkan puasa Ramadan pada anak bukanlah perkara mudah. Untuk itu, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar talkshow untuk mengedukasi langkah-langkah mengajarkan puasa Ramadan untuk anak-anak.

Talkshow itu berlangsung pada Jumat (29/3/2024) melalui kanal YouTube Dokter UNAIR TV. Acara itu menghadirkan narasumber Dr dr Tinuk Agung Meilany SpA(K), dokter anak bagian nutrisi dan penyakit metabolisme anak RSUD dr Soetomo. 

Dalam pemaparannya, dr Tinuk memberikan pengarahan bahwa penting untuk mengedukasi anak sebenarnya apa arti berpuasa. Karena selain untuk beribadah, puasa juga untuk melatih merasakan manfaat lapar dan dahaga serta manfaat ketika sudah kenyang. “Kalau kita mau mengajarkan anak puasa, kita harus benar-benar memberikan edukasi tentang tujuan puasa. Tidak hanya puasa, tapi juga merasakan manfaat lapar dan dahaga serta bisa merasakan manfaat kalau kenyang, agar anak-anak kita merasakan syukur juga,” ujarnya. 

Anak-anak dapat memulai belajar ketika mereka sudah dikatakan siap, yaitu ketika sudah bisa menahan lapar. Dr Tinuk menjelaskan bahwa ada cara agar anak berlatih berpuasa, yaitu dengan berpuasa hanya setengah hari atau sampai waktu Dzuhur. Kemudian melanjutkan puasa sampai waktu Maghrib. “Ada puasa setengah hari, jadi nanti sahur ikut makan, kemudian imsak mulai puasa sampai Dzuhur mulai buka puasa dan bisa dilanjut puasa sampai Maghrib,” ungkapnya. 

Cara seperti itu, kata dr Tinuk, dapat memberikan stimulus bagi anak agar terpacu dapat berpuasa secara penuh di tahun-tahun berikutnya. Ia juga menambahkan bahwa untuk berpuasa, anak-anak harus sudah punya keinginan dan tidak terpaksa. “Biasanya anak-anak itu bakal nantang bisa langsung Maghrib, tapi memang yang pertama dia harus punya keinginan kemudian kita bimbing,” imbuhnya. 

Durasi puasa yang cukup lama mengharuskan anak-anak untuk tetap mendapat asupan makanan bergizi secara lengkap. Maka, orang tua juga perlu mendapat bimbingan agar dapat memberikan makanan bergizi. Anak yang masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan nutrisi seimbang. “Anak itu kan masih tumbuh ya, jadi harus kita kenalkan detail nutrisi yang menjadi sumber konsumsi, namanya nutrisi seimbang. Jadi, karbohidrat harus cukup, protein, lemak, vitamin, dan mineral harus tercukupi dalam 24 jam,” ujarnya. 

Dr Tinuk juga berpesan bahwa puasa itu baik bagi anak-anak karena dapat mengajarkan kedisiplinan, rasa bersyukur atas pemberian nikat, dan menjadi proses sebelum benar-benar berpuasa secara utuh. “Jadi puasa pada anak itu baik, tentu pada anak-anak yang sehat dan sedang tidak sakit atau minum obat-obatan. Kemudian puasa pada anak juga mengajarkan kedisiplinan dan rasa syukur,” tutupnya. 

Penulis: Mohammad Adif Albarado

Editor: Yulia Rohmawati