Universitas Airlangga Official Website

Lawan Stigma Kusta, Mahasiswa UNAIR Ikuti Work Camp di Tuban

Delegasi Universitas Airlangga (UNAIR) dalam Indonesia Work Camp di Tuban (Foto: Dokumen Istimewa)

UNAIR NEWS – Tiga delegasi Universitas Airlangga (UNAIR) mengikuti Indonesia Work Camp pada Rabu (7/08/2024) hingga Jumat (16/08/2024). Program bertajuk “Stopping Stigma and Discrimination Towards Leprosy” ini berlangsung di Dusun Nganget, Singgahan, Tuban. 

Mereka adalah Muchamad Naufal Falakhi, Giovani Agung Wijaya, dan Hafidh Mi’rajabi. Kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Tidak hanya itu, program ini juga diikuti oleh mahasiswa asal Jepang yang tergabung dalam komunitas Friends International Work Camp (FIWC).

Naufal selaku perwakilan UNAIR, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menghilangkan stigma terhadap penyintas kusta dan memberi mereka motivasi hidup. Naufal juga menuturkan bahwa program ini terdiri dari berbagai kegiatan. Mulai dari kunjungan, tinggal di rumah para penyintas kusta, hingga memberikan edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 

Selain itu, kelompok relawan juga melakukan pemetaan masalah di beberapa dusun sekitar dan menggelar diskusi kelompok terarah (FGD). Hasil diskusi ini akan dipresentasikan di Jepang sebagai bagian dari evaluasi dan perencanaan program di masa depan.

“Masyarakat sangat senang dengan keberadaan proyek ini. Ketika banyak orang menjauhi para penyintas kusta, kami justru mendatangi mereka. Dalam hal ini, kami juga membantu perbaikan infrastruktur jalan dan merayakan kemerdekaan RI bersama warga,” ujarnya.

Lokasi pengmas dan infrastruktur yang tidak merata, menjadi tantangan tersendiri bagi Naufal dan tim. Alih-alih menyurutkan semangat, mereka berhasil meredam stigma buruk terhadap penyintas penyakit kusta. 

Naufal berharap, program ini dapat berlangsung setiap tahun dan hasil FGD dapat direalisasikan di tahun mendatang. Lebih lanjut, ia juga ingin menurunkan stigma negatif pada penyintas kusta dengan adanya sosialisasi pendidikan tinggi. 

“Disini, kami melakukan sosialisasi beasiswa perguruan tinggi karena pada desa tersebut hanya sekitar lima orang yang melanjutkan perguruan tinggi. Kami berharap hal ini dapat meningkatkan taraf kehidupan para penyintas penyakit kusta,” tutupnya. 

Penulis: Aidatul Fitriyah

Editor: Edwin Fatahuddin