Universitas Airlangga Official Website

Lebih Dekat dengan Tiga Mahasiswa PPI yang Mengenyam Pendidikan di Luar Negeri

Sesi diskusi bersama narasumber (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Berkolaborasi dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), Kementerian Hubungan Luar BEM UNAIR mengadakan sesi talkshow yang membahas pengalaman-pengalaman mahasiswa Indonesia yang menempa pendidikan di luar negeri. Mendatangkan tiga pembicara dari berbagai universitas, acara tersebut dilangsungkan secara daring pada Sabtu (25/06/2022).

Narasumber pertama datang dari South China Normal University, Nichelle Chandra. Ia menyebut bahwa ada beberapa hal baru yang ia kenal sejak berkuliah di China. “Dosen di sana itu sangat care pada mahasiswanya, apalagi ketika mahasiswanya belum mengumpulkan tugas,” terangnya.

Sayang, mahasiswa yang sedang memperjuangkan gelar ganda itu melanjutkan, ada hambatan yang dialami ketika bersosialisasi dengan mahasiswa dari berbagai belahan dunia, yakni kesulitan komunikasi. Namun, beragam kegiatan di sana, seperti school camp pada musim kemarau dan musim dingin membuatnya mengacuhkan hambatan tersebut.

Selanjutnya, diskusi disambung oleh mahasiswa tahun akhir dari Erasmus University Rotterdam. Maria Natasha Ambun Santosa menyarankan kepada peserta yang tertarik menimba ilmu di luar negeri untuk menyesuaikan perilaku. “Karena Belanda termasuk negara yang bebas, meskipun tetap ada aturannya, Teman-teman harus pintar-pintar memilih circle,” pesannya.

Terakhir, diskusi ketiga dipimpin oleh mahasiswa tahun keempat jurusan Teknik Kimia Washington State University, Nisa Ulumuddin. Tak melulu soal pendidikan, Nisa menceritakan keindahan kebudayaan Amerika Serikat, khususnya alamnya.

“Pullman itu cantik banget kalau lagi musim dingin karena banyak pohon pinus dan dekat sama gunung-gunung, di mana seru kalau kita suka ski. Tapi kalau travel ke California, itu langsung pantai, banyak kaktus, banyak batu-batuan, selain itu, juga ada Grand Canyon,” jelasnya.

Tak lupa, ketiga narasumber menginformasikan cara mendapatkan beasiswa untuk dapat memperoleh kesempatan berkuliah di luar negeri. “Ph.D di US itu tidak ada yang kita biayai sendiri, semua pasti dibiayai, entah kita direkrut oleh universitas kita atau dengan beasiswa Fulbright dan LPDP,” papar Nisa.

Sementara itu, Tasha membeberkan bahwa menurutnya, berkuliah di Belanda tidaklah sulit karena web pendaftarannya telah disentralisasi di satu web saja, yakni studielink.nl. “Nanti Teman-teman sekali apply bisa langsung maksimal ke tiga jurusan, bisa dalam satu universitas yang sama atau berbeda,” jelas Tasha.

“Kampusku dulu bekerja sama dengan kampus yang ada di China sehingga ada potongan 50% untuk biaya kuliah. Selain itu, plusnya di China, kita bisa mendapat beasiswa yang bisa daftar setiap tahun jika nilainya bagus. Nanti satu tahun mendapat sekitar Rp20.000.000,” tutup Nichelle.

Penulis: Leivina Ariani Sugiharto Putri

Editor: Nuri Hermawan