UNAIR NEWS – Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia (BASASINDO) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) melaksanakan Praktik Kuliah Lapangan (PKL). Kegiatan tersebut terlaksana di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar pada Jumat (24/5/2024) sampai Sabtu (25/5/2024).
Kegiatan dengan tema “Menyambung Generasi” tersebut dihadiri oleh Kepala Prodi BASASINDO, Dr Mochtar Lutfi SS MHum. Dr Luthfi mengatakan, tidak ada sebuah bangsa yang lahir tiba-tiba ada. Pasti memiliki kesinambungan antara masa lalu dan masa sekarang. “Maka ada proses namanya transmisi, proses penurunan daya dari generasi ke generasi. Ada dua teknik penurunan budaya, yaitu teks tulis melalui naskah dan tradisi lisan melalui folklor,” jelasnya.
Ia juga menerangkan bahwa folklor merupakan upaya generasi dulu untuk melestarikan budaya yang mereka ciptakan dulu. “Jadi, folklor adalah salah satu bagian dari proses penurunan dan pewarisan budaya dari generasi ke generasi melalui tradisi lisan. Kemudian ada proses penyambungan ada proses alih generasi,” tuturnya.
Folklor Harus ke Lapangan
Dalam pemaparannya, Luthfi menyebutkan penerapan kegiatan folklor harus terjun ke lapangan sebagai upaya menggali budaya secara langsung. Hal tersebut selaras dengan karakter keilmuan folklor. “Memang karakter keilmuan folklor itu harus ke lapangan, melihat dari banyaknya tradisi lisan yang harus didokumentasikan sebagai bentuk upaya menurunkan suatu budaya dengan bukti,” ujarnya.
Tradisi lisan ini, lanjut Dr Luthfi, sangat rentan hilang dari ingatan dan sangat bergantung pada penerimanya. Sehingga, perlu dilakukan pendokumentasian. “Kalau kita punya dokumentasi, maka nanti kita punya rujukan. Maka, dokumentasi itu jadi referensi bacaan yang betul seperti apa. Nantinya akan jadi standar proses penurunan kepada generasi berikutnya,” tuturnya.
Kesadaran Wariskan Budaya
Senada dengan pernyataannya, ia menyampaikan harapannya kepada mahasiswa khususnya Departemen BASASINDO, agar mengerti pentingnya transmisi atau pewarisan budaya.
“Ternyata tidak mudah budaya bisa bertahan sampai hari ini. Ada proses yang memengaruhi, ada proses teknologi masuk. Jadi, ketika budaya itu bisa masuk ke ranah teknologi maka akan terus bertahan,” ungkapnya.
Pada akhir, ia menegaskan bahwa tidak ada sebuah budaya, masyarakat, maupun bangsa yang berangkat dari sesuatu yang kosong. Selalu ada nilai-nilai masa lalu yang lestari hingga hari ini. “Jadi bagaimana kita bisa memberikan nilai baik buruk atau melangkah kehidupan lebih cepat ketika kita tidak sadar ada budaya sebagai kearifan masa lalu,” tutupnya.
Penulis: Mohammad Adif Albarado
Editor: Yulia Rohmawati