Universitas Airlangga Official Website

Lindungi Kesehatan Masyarakat, FKM UNAIR Tegaskan Tolak World Tobacco Asia

Konferensi pers Penolakan WTA dan WVS Kota Surabaya (Foto: Rosita)
Konferensi pers Penolakan WTA dan WVS Kota Surabaya (Foto: Rosita)

UNAIR NEWS – Sebagai bentuk gerakan menolak World Tobacco Asia (WTA) dan World Vape Asia (WVA) yang akan terselenggara di Surabaya 9-10 Oktober mendatang, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar konferensi pers. Konferensi pers bertajuk “Penolakan Penyelenggaraan World Tobacco Asia 2024 & World Vape Asia di Kota Surabaya: Lindungi Anak Sebagai Generasi Masa Depan dari Ancaman Bahaya Asap Rokok” itu berlangsung di Hallo Surabaya, Kertajaya, Kamis (8/8/2024).

Hadir dalam konferensi pers tersebut, Ketua Research Group Tobacco Control (RGTC) Prof Dr Santi Martini dr MKes. Bersamaan dengan itu hadir pula komunitas Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) Jawa Timur, perwakilan Forum Anak Jawa Timur, dan Ikatan Pemuda Muhammadiyah Surabaya. “Penyelenggaraan WTA di Surabaya tidak hanya memengaruhi kesehatan masyarakat umum, tetapi juga membawa dampak serius terhadap anak-anak,” tegas Prof Santi yang juga merupakan Dekan FKM UNAIR itu.

Selain dampak kesehatan, lanjut Prof Santi, penyelenggaraan WTA di Surabaya juga berpotensi menciptakan citra negatif bagi Indonesia di mata internasional. Menjadi tuan rumah bagi pameran yang mendukung industri berbahaya ini terlihat sebagai bentuk dukungan terhadap produk yang merugikan kesehatan publik.

Selain itu, hal tersebut juga bisa menurunkan reputasi Indonesia di kancah global. Terutama di saat banyak negara lain telah menolak penyelenggaraan acara serupa yang pernah terselenggara di Jakarta dan Bali tahun 2012 silam. “Kota Surabaya yang telah menerima predikat sebagai Kota Layak Anak sebanyak 6 kali berturut-turut tidak selayaknya menjadi tuan rumah penyelenggaraan WTA dan WVS,” tuturnya. 

Menurut Prof Santi, konferensi pers untuk menolak penyelenggaraan WTA, WVA, dan acara lain sejenisnya di Kota Surabaya maupun daerah lain menjadi upaya penting untuk menyuarakan hak atas kesehatan dan penegakan aturan demi kesehatan masyarakat. Penolakan ini tidak hanya berfokus pada dampak kesehatan bagi masyarakat umum, tetapi juga menyoroti perlindungan khusus bagi anak-anak yang rentan menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

“Harapannya, semua pihak dapat bersatu dalam menegaskan bahwa kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas utama. Dan bahwa upaya perlindungan terhadap anak-anak dari dampak buruk produk tembakau harus kita tingkatkan,” tutur Prof Santi.

Tak hanya itu konferensi pers tersebut bermaksud untuk memberikan sinyal kepada Pemerintah Kota Surabaya mengenai risiko berkepanjangan jika acara tersebut tetap berlanjut. Pada akhir, Prof Santi juga turut menuturkan bahwa banyak pameran positif yang berbasis budaya yang bisa diangkat oleh pemerintah. Daripada sekadar pameran yang membawa dampak buruk terhadap kesehatan warga bahkan dapat mencoreng nama baik kota Surabaya.

Penulis: Rosita

Editor: Yulia Rohmawati