UNAIR NEWS – Kabupaten Magetan (Jawa Timur) terkenal dengan julukan The Nice of Java. Juga disebut Kota di Kaki Gunung, karena dengan wisata gunungnya yang indah, berhawa sejuk, dan panorama alam yang memukau. Apalagi Magetan memiliki wisata andalan yakni Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu yang terletak di lereng Gunung Lawu.
Magetan juga dikenal dengan julukan “Kota Pensiun”, karena lingkungannya yang damai, tentram, dan lalu lintas yang tidak ramai (macet) dimana jalur bus antar-kota tidak melewati Magetan, sehingga banyak para pensiunan yang berusia 60 tahun keatas, merasa nyaman untuk berdomisili di Magetan.
Lingkungan yang tenang dapat memberikan nilai positif bagi para lansia purna-tugas, sehiingga tim mahasiswa UNAIR ini tertarik untuk melakukan penelitian di salah satu desa di Kabupaten Magetan, yaitu Desa Taji.
Berangkat dari gambaran diatas, tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH) dari prodi S1 Pendidikan Ners Universitas Airlangga, menyusun penelitian berjudul “Gambaran Lingkungan Therapeutic yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Post Power Syndrome di Desa Taji, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan”.
Tim PKM-PSH ini diketuai Oktaviana Ristya Anggraini, dengan anggota Regina Dwi Fridayanti dan Miftakhul Janah. Dibawah bimbingan dan arahan dosen UNAIR Rista Fauziningtyas, S.Kep.Ns., M.Kep., program penelitian tersebut berhasil lolos selesksi dan mendapat pendanaan dari Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2018.

Dijelaskan oleh Oktaviana RA, lansia dalam menghadapi masa pensiun memiliki pandangan positif. Namun ada sebagian yang mempersepsikan pensiun secara negatif dengan beranggapan bahwa pensiun merupakan akhir dari segalanya. Post Power Syndrome terjadi karena beberapa factor, antara lain kurangnya penerimaan diri, penarikan diri secara sosial, masih menginginkan jabatan, konsep diri yang negatif, dan emosi tidak stabil.
Sedangkan kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO) adalah persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma sesuai dengan tempat hidup orang tersebut berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya.
Dalam memenuhi penelitiannya, tim melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan delapan informan atau nara sumber. Hasil penelitian ditemukan terdapat empat tema, yaitu pertama, perubahan yang terjadi seperti ekonomi, suasana hati, dan aktivitas sehari-hari. Kedua, upaya untuk mengatasi perubahan dengan melakukan kegiatan sosial, kegiatan keagamaan. Ketiga, dukungan sosial dari keluarga, tetangga, dan fisik/cuaca lingkungan. Keempat, pemanfaatan pelayanan kesehatan meliputi Faskes tingkat I, Posyandu lansia, dan Asuransi.
Perihal persoalan ekonomi juga diungkapkan oleh seorang informan. Misalnya dengan pernyataan: ”Nek kangge kula, sebelum pensiun kan ada pemasukan uang. Iya to, tiap bulan seberapa kan ada. La sekarang nggak ada”. Sedangkan perubahan pada aktivitas, misalnya terungkap melalui ungkapan: ”Perbedaane, nek sakniki pun mboten kerjo, terus ndek omah ya genti momong putu” (bedanya, kalau sekarang sudah tidak bekerja, terus di rumah ya berganti, mengasuh cucu).
Ungkapan kegiatan sosial sekaligus keagamaan melalui pernyataan, misalnya; “Kalau ibu-ibu ada Yasinan, kalau bapak-bapak tidak ada, tapi adanya arisan”. Dengan kegiatan Yasinan setiap malam Jumat, misalnya, memberikan manfaat pada ibu-ibu disana untuk saling bersilaturahmi dan menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar.
Sebagian besar informan mengungkapkan bahwa lingkungan disana aman, tenteram, dan udaranya segar serta bebas dari polusi. Cuacanya juga tidak panas. Sedangkan akses menuju pelayanan kesehatan seperti fasilitas kesehatan tingkat I (Puskesmas, klinik dokter) dan Posyandu lansia juga sangat mudah dan terjangkau. Bahkan juga sudah banyak yang menggunakan fasilitas BPJS maupun ASKIN. (*)
Editor : Bambang Bes