UNAIR NEWS – Lembaga Inovasi, Pengembangan Jurnal, Penerbitan dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPJPHKI) UNAIR baru saja menggelar Webinar Series 3 pada Selasa (26/9/2023). Kali ini, LIPJPHKI UNAIR bekerja sama dengan Editage dan mendatangkan Dr Josephine Gunawan sebagai pembicara.
Dalam webinar itu, LIPJPHKI mengangkat Selecting a Journal and Preparing a Great Submission Package sebagai tajuk utama. Josephine tidak hanya menekankan bahwa persiapan publikasi itu penting, pemilihan jurnal yang tepat juga tidak kalah penting dari persiapannya.
“Jika tidak (melakukan persiapan, Red), kita hanya akan membuang waktu dan tenaga di awal yang nantinya akan tertolak. Oleh karena itu, persiapan dan pemilihan jurnal publikasi menjadi sangat penting,” ungkap Josephine.
Persiapan Pengiriman Naskah
Sebelum memutuskan satu jurnal sebagai tujuan publikasi, Josephine menjelaskan ada sejumlah pertimbangan agar bisa memperbesar peluang lolos seleksi. Selain mempertimbamgkan faktor pengaruh atau impact factor, ada juga biaya, kesesuaian topik, akses, audiens, reputasi, hingga pertimbangan pada tingkat penolakan.
“Perhatikan biaya publikasi karena biasanya ada biaya tambahan lainnya. Sesuaikan dengan scope atau topiknya, penting juga untuk mengetahui aksesibilitas jurnal apakah internasional, regional, atau nasional,” kata Josephine.
“Selain itu,” sambung Josephine, “pertimbangkan juga siapa yang menjadi tujuan audiens dari jurnal tersebut, reputasi jurnal, dan juga rejection rates dari jurnal itu.”
Setiap peneliti harus memastikan jika persiapan-persiapan itu telah terlaksana sebagai upaya awal untuk melakukan publikasi. Setiap jurnal memiliki gayanya masing-masing dan tentunya setiap peneliti harus bisa menyesuaikan dengan gaya tersebut.
Penyesuaian Jurnal Publikasi
Josephine memahami bahwa mimpi setiap peneliti ialah memublikasikan penelitiannya di jurnal-jurnal bereputasi tinggi. Meskipun begitu, Josephine tidak lupa mengingatkan jika jurnal dengan reputasi tinggi memiliki risiko penolakan yang tinggi pula.
“Di Jurnal Nature kemungkinan tertolaknya 78 persen dan di PNAS 50 persen. Persentase penolakan itu bahkan terjadi sebelum proses review lebih lanjut,” ujarnya.
Dengan begitu, Josephine menyampaikan jika pemilihan jurnal haruslah tepat dan mempertimbamgkat tingkat penolakannya. Selain itu, ia juga sangat mewanti-wanti untuk lebih selektif dalam memilih jurnal sehingga tidak termakan janji-janji jurnal predator.
“Hati-hati terhadap jurnal predator yang menjanjikan akan publikasi tanpa ada peer review. Biayanya juga mahal dan menjanjikan publikasi yang cepat,” pungkasnya. (*)
Penulis: Muhammad Badrul Anwar
Editor: Nuri Hermawan