Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan memiliki sebuah konsep bernama Tridharma Perguruan Tinggi yang mencakup tiga hal. Yakni menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Hal itu telah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.
Berlokasi di Gedung Kahuripan, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C, UNAIR, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNAIR menjadi salah satu lembaga yang melaksanakan dua dari tiga pilar Tridharma tersebut. Prof Dr Gadis Meinar Sari dr MKes selaku ketua LPPM menyatakan bahwa LPPM merupakan lembaga yang mengelola kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Mulai dari pendanaan, hingga pendampingan proposal penelitian.
Langkah Komitmen
Langkah komitmen LPPM dalam menemukan inovasi dan pelaksanaan penelitian terlihat pada jumlah mitra yang tergabung dalam penelitian civitas academica UNAIR. Terdapat lebih dari 90 mitra penelitian dari luar negeri dan lebih dari 100 mitra dalam negeri yang sudah menjalin kerja sama dengan civitas academica UNAIR melalui LPPM.
Sepanjang tahun 2023, UNAIR telah melaksanakan 716 penelitian yang melibatkan lebih dari 1000 peneliti UNAIR. Sebanyak 219 penelitian mendapatkan pendanaan DRTPM Kemendikbud-Ristek, menjadikan UNAIR sebagai universitas yang mendapatkan dana paling banyak dari DRTPM Kemendikbud-Ristek hingga mencapai angka Rp 22M.

“Walaupun terdapat penurunan jumlah judul penelitian yang mendapatkan pendanaan DRTPM, namun Universitas Airlangga mendapatkan dana penelitian paling banyak dari DRTPM Kemdikbud-Ristek,” jelasnya.
Dalam lima tahun terakhir, capaian terbesar yang lembaga ini raih adalah berhasil mendapatkan gold winner sebagai institusi klaster mandiri dengan skor penelitian tertinggi tahun 2020-2022. “Dalam bidang pengabdian masyarakat, LPPM mengorkestrasi kegiatan Airlangga Community Development Hub yang sudah berjalan sejak 2022. Kegiatan ini menyasar border area yang menjadi daerah rawan konflik. Selain itu juga area pesisir yang sulit terjangkau oleh pemerintah seperti Kepulauan Bintan, Banyuwangi, dan Gili Iyang Madura,” tambahnya.
Libatakan Dosen dan Mahasiswa
Pengabdian masyarakat UNAIR lakukan melalui dua program yang LPPM sediakan. Yakni pengabdian kepada masyarakat (pengmas) bagi dosen maupun mahasiswa, dan kuliah kerja nyata yang wajib bagi mahasiswa S1 UNAIR.
Ke depannya, LPPM berusaha untuk meningkatkan dana untuk penelitian dan inovasi, serta meningkatkan mitra kolaborasi penelitian dalam negeri maupun luar negeri. Hal itu, kata Prof Gadis dapat tercapai dengan mengadakan pendampingan pembuatan proposal hingga pengajuan ke sistem. “Pendampingan yang dilakukan terbagi menjadi dua jenis yaitu pendampingan internal di bawah staf LPPM dan pendamping eksternal dengan mengundang pakar dari luar Universitas Airlangga,” tuturnya.
Selain itu, LPPM juga berencana memberikan penawaran pendanaan sehingga menarik mitra untuk melakukan penelitian kolaborasi. Sejauh ini, terdapat beberapa program dalam penelitian kolaborasi yang diusung oleh LPPM. Seperti penelitian kolaborasi dalam negeri ‘Riset Kolaborasi Indonesia’ dan ‘Penelitian JATIMPRO’, serta penelitian kolaborasi luar negeri ‘International Research Collaboration’. “Selain itu, ada juga skema International Research Network, SATU Joint Research Scheme dan International Research Consortium,” tambah Prof Gadis.
Ketua LPPM berharap UNAIR dapat menjadi role model penelitian dalam berbagai bidang seperti kesehatan, sains, dan sosial humaniora. “Contohnya dalam bidang kesehatan, menjadi rujukan penelitian stem cell. Bidang sains, riset rujukan untuk ketahanan pangan. Dan lain sebagainya,” tegasnya.
Penulis: M. Naqsya R.
Editor: Yulia Rohmawati