UNAIR NEWS – Adien Gunarta, namanya. Mahasiswa Departemen Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi ini tercatat sebagai salah satu mahasiswa UNAIR yang go global. Kebolehannya membuat desain font telah diakui di dunia internasional. Salah satu font kreasi Adien yang diberinya nama Ceria Lebaran sukses tampil di salah satu film Hollywood. Yakni, Despicable Me.
Ceria Lebaran dipakai sebagai font untuk tulisan yang berbunyi Eagle Hair Club. Tulisan tersebut muncul di salah satu scene film untuk menjelaskan tempat penjualan rambut palsu. “Tim film tersebut menghubungi saya via email dan mengkonfirmasi kalau font saya dipakai,” kata Adien saat diwawancara pekan lalu.
Bangga. Demikianlah perasaan Adien. Terlebih, selama ini kreasi font yang dia buat memang kerap berseliweran di kancah internasional. Misalnya, dalam katalog Klingspor Museum Jerman, Macgill University, dan masuk Fonstruct Nominee, kompetisi dunia bagi pembuat font.
Putra pasangan Sri Hartati dan Muhammad Gun Abdul Rasyid ini sudah suka membuat font sejak di bangku SMP. Dia menduga, darah seni itu turun dari kakeknya, Hadianto, yang merupakan seorang kaligrafer.

Sejauh ini, setidaknya ada 103 kreasi font yang dia ciptakan dan bisa diunduh bebas di laman dafont.com. Nama-nama font tersebut khas Indonesia. Misalnya, Buka Puasa Bersama, Aceh Darusalam, Nur Kholis, dan lain-lain.
Adien membeberkan, sejumlah waralaba supermarket, makanan, dan restoran di Indonesia pernah memakai font ciptaannya. Meski memang, tidak semua melakukan konfirmasi. Adien sendiri, tidak mewajibkan pemakai melakukan konfirmasi terlebih dahulu.
“Di laman dafont.com, saya hanya menyarankan agar user menghubungi saya bila mau memakai. Tapi, karena ini laman berbagi yang gampang diakses siapa saja, tidak semua orang mau memberitahu,” ujar dia.
Ditanya soal penghasilan dari mereka yang mengunduh dan menggunakan font tersebut, Adien menyatakan tidak semua membayar. Sebab, bentuknya semacam donasi atau seikhlasnya. Bukan royalti. Hal itu juga berlaku saat Ceria Lebaran dipakai film Hollywood tersebut. “Saya dapat uang. Tidak banyak. Tapi, lumayan,” kata pembuat buku kumpulan cerpen bahasa Jawa berjudul Kiambang tersebut. (*)
Penulis: Rio F. Rachman