Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAIR Sabet Juara 3 di Ajang LKTI

Potret Dhimas, Destya, dan Zurinda yang meraih juara 3 (Sumber: Istimewa)

UNAIR NEWS – Tiga mahasiswa FKp UNAIR Destya Eka Nurviana, Dimas Putra Firmansyah, dan Zurinda Dwi Nur L berhasil raih juara 3 LKTI yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ketiganya mengusung tentang “Kreativitas dan Inovasi Generasi Muda di Era Revolusi Industri 4.0 Guna Menyongsong Indonesia Emas 2045” 

Mengangkat sub tema kesehatan, tim mempersembahkan judul karya “E-PC (Electronic Palliative Care): Inovasi Perawatan Paliatif pada Pasien dengan Penyakit Terminal Menggunakan Pendekatan Holistik Berbasis Aplikasi Smartphone”. Dimas sebagai salah satu anggota tim mengatakan bahwa keperawatan paliatif itu sangat diperlukan bahkan harus dikembangkan, karena masih banyak orang yang belum tahu tentang cara intervensi seseorang yang menjelang ajal. 

“Padahal basic ilmu ini pasti kita terapkan dan akan kita lalui baik dengan keluarga maupun pasien untuk tenaga medis,” ujarnya.

Dimas juga merasa bersyukur, mengingat ide yang mereka bawakan adalah ide yang sudah digagas jauh hari di tengah kesibukan mereka yang tengah merumuskan skripsi.

“Alhamdulillah kami senang dan bersyukur sekali bisa lolos 10 besar finalis presentasi langsung di UMS hingga dapat juara 3, karena ide KTI ini sudah digagas jauh-jauh hari, ditambah juga ke surakarta di tengah-tengah kesibukan kuliah serasa sangat terbayarkan,” ujarnya pada UNAIR NEWS (29/9/2022)

Sistem Kerja E-PC

Dimas mengatakan ada beberapa fitur dalam aplikasi E-PC ini diantaranya fitur registrasi dan input data, fitur live chat, fitur riwayat terapi, fitur bio, fitur psiko, fitur sosio, fitur spiritual. Dalam penerapannya, Dimas mengatakan bahwa perawat sebagai manajer dan care giver akan membantu pasien mulai dari pengurusan berkas administrasi, pengkajian secara holistik meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual,

“Kemudian melakukan analisis data pengkajian keperawatan, menentukan diagnosis keperawatan, membuat intervensi keperawatan, memfasilitasi dan menentukan kebutuhan perawatan paliatif pasien, melakukan asuhan keperawatan paliatif sesuai kompetensi dan kebutuhan pasien, serta melakukan evaluasi keseluruhan intervensi yang telah dilakukan,” jelas Dimas.

Tim juga menambahkan opsi kolaborasi kerja tim perawatan paliatif yang meliputi dokter, perawat, psikolog, apoteker, ahli farmasi, tokoh agama, relawan dan pekerja sosial. Selain itu, lanjutnya, juga dilakukan untuk menangani kasus paliatif yang diderita pasien.

“Semua riwayat pengobatan, tindakan, dan perkembangan pasien nantinya juga akan terintegrasi dalam aplikasi ini,” jelas Dimas.

Setelah melakukan rangkaian proses di dalam aplikasi itu, pasien akan mendapatkan perawatan paliatif sesuai permintaan dan jadwal baik di rumah atau home visit oleh tenaga profesional di bidangnya. Bahkan puskesmas dan rumah sakit terdekat tanpa harus mengantri.

Penulis: Rosita

Editor: Nuri Hermawan