UNAIR NEWS – Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil mengirimkan sembilan mahasiswanya menjadi penerima beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). IISMA merupakan program beasiswa yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk mengenyam pendidikan singkat di perguruan tinggi di luar negeri. Salah satu mahasiswa penerima IISMA dari FH UNAIR adalah Raymond Jonathan. Ia menerima IISMA di Universiti Malaya, tepatnya di Faculty of Arts and Social Studies.
Dalam kesempatan wawancara dengan UNAIR NEWS pada Kamis (29/12/2022), Raymond menyampaikan rasa senangnya sebagai penerima IISMA. IISMA, tambahnya, merupakan suatu privilese yang tidak dapat dimiliki oleh semua mahasiswa Indonesia.
“Rasanya menyenangkan dan luar biasa. Saya merasa bersyukur karena bisa mendapat privilese untuk berkuliah di luar negeri, yaitu di Universiti Malaya, salah satu dari tiga universitas terbaik di Asia Tenggara dan merupakan universitas terbaik yang ada di Malaysia. Selain itu, Universiti Malaya masuk dalam tujuh puluh besar universitas terbaik dunia,” jelas Raymond.
Raymond juga menjelaskan bagaimana pengalamannya berkuliah di luar negeri. Ia merasa bahwa tidak ada kendala yang dialami selama berada di Malaysia ketika ia bersosialisasi. Hal itu karena Malaysia dan Indonesia merupakan negara serumpun.
“Tidak begitu banyak culture shock karena Malaysia serumpun dengan Indonesia, tetapi memang ada sedikit perbedaan dalam hal budaya dan bahasa yang tidak seluruhnya sama antara Indonesia dan Malaysia. Karena itu, saya lebih banyak menggunakan bahasa Inggris untuk menghindari miskomunikasi. Orang-orang di sini juga bersahabat. Apalagi, Universiti Malaya memiliki fasilitas yang menunjang mahasiswa internasional untuk dapat beradaptasi terhadap kondisi lokal,” jelas Raymond.
Selanjutnya, Raymond menjelaskan bagaimana perbedaan yang ia rasakan dari segi akademik di Universiti Malaya dibandingkan dengan Indonesia. Dalam penjelasannya, ia merasakan perbedaan yang lumayan dari segi kualitas dan juga beban belajar.
“Di sini, akademiknya sangat bagus karena terdapat sumber daya yang mumpuni sehingga tujuan saya untuk belajar di sini tercapai. Apalagi fasilitas dan akses di sini lebih mudah dibanding di Indonesia, seperti halnya akses terhadap referensi bacaan berkualitas yang mudah. Namun, berbanding lurus dengan kualitas, beban belajar di sini lumayan dibandingkan dengan Indonesia. Hal itu karena ada jam mata kuliah dan jam untuk tutorial yang dibedakan dan itu dilakukan di tiap minggunya,” terang Raymond.
Terakhir, Raymond menyampaikan kesannya terhadap IISMA secara keseluruhan. Ia memahami bahwa IISMA merupakan program yang sangat kompleks dan lebih dari sekadar memberikan kesempatan mahasiswa Indonesia berkuliah di luar negeri. Namun, IISMA merupakan bagian dari misi kebudayaan.
“Melalui IISMA, saya mendapat banyak wawasan. IISMA bukan cuma soal transfer of academic knowledge, tapi juga culture knowledge, yaitu mahasiswa Indonesia menjadi agen dari kebudayaan Indonesia, contohnya ketika saya melakukan penampilan kebudayaan di Universiti Malaya untuk memperkenalkan budaya Indonesia,” tutup Raymond.
Penulis: Fredrick Binsar Gamaliel M
Editor: Nuri Hermawan