Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa FISIP UNAIR Jelajahi Polandia Berkat Program IISMA

Wibawanto Wahyu Widodo Mahasiswa FISIP UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) merupakan salah satu perguruan tinggi yang aktif mengirimkan mahasiswanya untuk mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), seperti International Student Mobility Award (IISMA). Tercatat sebanyak 57 Mahasiswa berhasil disebarkan ke seluruh penjuru dunia untuk mengikuti program tersebut. Salah satunya adalah Wibawanto Wahyu Widodo, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UNAIR yang berhasil meraih beasiswa IISMA di University of Warsaw, Polandia pada September Hingga Januari. 

Mahasiswa yang kerap disapa Wiby itu mengaku bahwa ia memilih salah satu kampus terbesar di Polandia karena memiliki mata kuliah yang sesuai dengan minat pribadinya. Banyak sekali hal yang Wiby dapatkan, salah satunya adalah ilmu yang berhasil ia raup dari kacamata dunia lain. 

“Tentu saja ilmu yang berharga, terutama karena bisa melihat ilmu yang dipelajari melalui kacamata orang lain,” ungkapnya. 

Lebih lanjut Wiby menyampaikan bahwa semua kelas lecture yang diambilnya memiliki sistem pembelajaran yang serupa dalam rentang waktu 90 menit. Namun yang membedakan adalah proporsi atau beban tugas yang diberikan. 

“Di matkul yang aku ambil, semua hanya lecture sebagaimana umumnya dalam jangka waktu 90 menit. Sangat jarang tugas, dan ujian hanya berlangsung sekali selama satu semester,” ungkap Wiby. 

Selain kegiatan akademik, Wiby juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan IISMA lainnya. “Selama di IISMA saya aktif mengikuti IISMA challenge, yang mana kami menyelenggarakan acara Batik Day untuk merayakan hari Batik, dan Indonesian Day, yang mana kami mempromosikan budaya Indonesia kepada khalayak internasional,” tuturnya. 

Selama program Wiby juga sempat mengunjungi Kastil Ksiaz, salah satu peninggalan bersejarah di Polandia. “Kastil tersebut juga menyimpan sejarah suram, dimana di bawah kastil itu terdapat jaringan terowongan NAZI Jerman yang dibangun oleh tahanan-tahanan perang,” jelas Wiby. 

Jika kebanyakan mahasiswa mengalami culture shock terhadap bahasa dan cuaca, berbeda dengan Wiby yang malah memanfaatkan momentum tersebut untuk berinteraksi dengan masyarakat internasional. “Dengan mengikuti program ini, saya menjadi terbiasa berinteraksi dengan masyarakat internasional, secara tidak langsung mengasah kemampuan komunikasi saya,” ujar mahasiswa FISIP ini.  

Dengan adanya program ini, Wiby merasa sangat terbantu khususnya dalam proses belajar kedepannya dan penyelesaian tugas akhir. “Setelah kembali ke Indonesia, saya berharap pengalaman saya disini, baik itu positif maupun negatif, bisa saya sebarkan ke mereka. Saya juga berharap bisa membantu teman-teman yang ingin mengikuti program yang sekarang saya ikuti supaya bisa mewujudkan mimpinya,” harapnya.  

Penulis: Lady Khairunnisa Adiyani

Editor: Khefti Al Mawalia