Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa FKM UNAIR Raih Penghargaan, Berikan Kontribusi Turunkan Stunting

Alhabsy Chusumadinata (kiri) dan Audrey Louissia Herman (kanan) mahasiswa FKM UNAIR. (Foto: Dokumen Pribadi)
Alhabsy Chusumadinata (kiri) dan Audrey Louissia Herman (kanan) mahasiswa FKM UNAIR. (Foto: Dokumen Pribadi)

UNAIR NEWS – Turut berkontribusi turunkan stunting, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) meraih penghargaan dari Pemerintah Kota Surabaya. Penghargaan itu diberikan pada Sabtu (23/9/2023) bertempat di Hotel Palm Park, Surabaya.

Sosok tersebut adalah Alhabsy Chusumadinata dan Audrey Louissia Herman. Penghargaan itu mereka peroleh atas kontribusi sebagai relawan dalam menurunkan stunting. Alhabsy mengatakan awal mula mereka mendapatkan penghargaan ini adalah saat terlibat dalam kegiatan magang. “Awal mula terlibat itu saat kami mengikuti program magang Amerta Kasih. Program ini  merupakan bagian dari Wahana Visi Indonesia,” katanya.

Selama menempuh program magang, mereka ikut serta menjadi relawan pos gizi. Mereka memiliki kontribusi dalam rangka mencegah stunting pada bayi dan balita. “Selama menjadi relawan terpilih mendampingi pos gizi di Kelurahan Bulak Banteng, Surabaya,” tuturnya.

Sebelum terjun mereka mendapatkan pelatihan dari pakar kesehatan. Setelahnya berlanjut dengan berdiskusi dengan pemangku kebijakan terkait. Pos gizi terlaksana selama 90 hari.

“Setelah 90 hari bayi dan balita mendapat pemantauan apakah mereka mengalami kenaikan berat badan yang signifikan atau tidak. Target kami berat badan bayi dan balita mencapai lebih dari 900 gram,” terang Alhabsy. Angka capaian ini menjadi rekomendasi bagi Pemerintah Kota Surabaya untuk menghasilkan kebijakan dalam upaya menurunkan stunting.

Terus Memantau

Alhabsy dan Audrey melaksanakan upaya ini mulai dari Mei hingga September 2023. Saat melaksanakan tugas, kesulitan yang terjadi berupa pemahaman bahasa. “Letak kelurahan ini berada di Surabaya Utara yang mayoritas penduduk suku Madura. Jadi sempat kesulitan dalam hal komunikasi,” tuturnya.

Kesulitan lain yang terjadi adalah kegiatan yang terlaksana saat proses perkuliahan sehingga mereka harus pandai membagi waktu. Tindak lanjut setelah mendapatkan penghargaan ini adalah mempertahankan angka stunting kurang dari 20 persen.

“Kami akan terus melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang terlaksana oleh ibu bayi atau balita. Harapannya mereka bisa mencapai berat badan 900 gram atau lebih,” jelasnya soal kontribusi turunkan stunting. Mereka berdua berharap agar nantinya Surabaya dapat mencapai nol kasus stunting. “Kami harap Surabaya bisa mencapai kasus stunting sebanyak nol sehingga Indonesia emas pada 2045 dapat tercapai,” tutupnya. (*)

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Binti Q. Masruroh